42. Tujuan

1.4K 158 228
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________

Seseorang bertopeng kepala babi, mengenakan seragam Akademi Pulau Rintis, dan kedua tangannya memegang sebuket bunga lily hijau yang sudah layu tengah berdiri di depan gerbang belakang Akademi Pulau Rintis dengan tubuhnya menghadap lurus kepada sepuluh muda-mudi di atas atap Akademi.

"Itu, itu teror yang men-" Ucapan Fang terputus ketika telinganya mendengar suara langkah kaki dari arah belakang. Fang menoleh dan mendapati Supra dan [Name] tengah berlari menuju pintu atap akademi dengan terburu-buru. Sepertinya mereka berdua tidak ingin kehilangan jejak teror itu lagi.

"Hei, tunggu!" Sori dan Solar berlari menyusul Supra dan [Name] di ikuti Thorn yang sebenarnya masih bingung tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Tunggu! Aku juga mau ikut!"

Ice menatap tidak suka kepada mereka yang berlarian hendak menemui tukang teror di bawah sana. "Harus banget lari-larian, ya?"

Fang menghela nafas lelah. "Mereka selalu saja berlari ke arah yang berbahaya." Fang mengalihkan pandangannya kepada Ying dan Yaya. "Sekarang apa yang akan kita lakukan?" tanya Fang.

Ying nampak berfikir sebentar sebelum tiba-tiba dia tersenyum menyeringai kepada Yaya dan Fang. "Aku ada ide, ayo kita ke parkiran."
.
.
.
.
.
.
.
.
Dengan nafas yang tersengal-sengal Supra, Sori, Solar, [Name], dan Thorn akhirnya sampai di gerbang belakang Akademi Pulau Rintis.

Beruntungnya sosok itu masih di tempat awal dia muncul tadi.

"Haah ... haah ... aku gak pernah lari sampai secapek ini," keluh Thorn. Keringat mulai bercucuran dari pelipisnya, Thorn menatap ke arah depan dan tanpa sengaja manik hijaunya menangkap wujud dari sosok bertopeng kepala babi yang ia lihat dari atap tadi. Wajah Thorn seketika pucat pasi, jika di lihat dari dekat begini ternyata sosok itu jauh lebih menyeramkan dan mampu membuat bulu kuduk merinding.

Thorn mengalihkan pandangannya kepada Sori, Jika dirinya yang sekarang saja sudah ketakutan dengan sosok teror tersebut lalu bagaimana dengan Sori yang pada saat itu masih berumur lima tahun? Ketakutan seperti apa yang Sori rasakan dulu?

Thorn menatap Sori sendu, sekarang dirinya mulai paham beban seperti apa yang Sori tanggung dulu hingga membuat sepupunya itu masuk ke tempat Rehabilitasi.

Ternyata memang benar adanya bahwa tidak ada satu pun orang yang bisa memahami perasaan dan beban Sori selain kakaknya sendiri, Frostfire.

[Name] menepuk pundak Thorn membuat pemuda bermanik hijau itu tersadar dari lamunannya. "Kamu baik-baik saja?" tanya [Name].

Thorn menoleh kepada [Name] sambil tersenyum simpul. "Aku oke [Name]." ucap Thorn sambil memberikan jempolnya pada [Name]. Perasaan takut akan teror seketika menguap ketika dirinya berinteraksi dengan [Name].

Sungguh, kali ini Thorn tidak main-main. Dirinya benar-benar di buat jatuh cinta dengan gadis penyuka novel romansa fantasy di hadapannya ini.

[Name] tersenyum tipis. "Syukur-"

"-Apa yang sebenarnya kalian inginkan? Mengapa kalian terus menghantui kami hingga bertahun-tahun?" suara dari Sori membuat [Name] dan Thorn menoleh kembali ke arah depan.

Di depan sana Supra, Sori, dan Solar sudah berada dekat dengan si peneror itu dengan gerbang belakang akademi sebagai pembatas antara mereka.

"Mulut anda masih ada, 'kan? Kenapa tidak menjawab? apa suara anda juga berubah menjadi suara babi?" Kata-kata yang penuh hinaan mulai mengalir dengan lancar dari mulut Supra. Solar yang berdiri tepat di samping Supra nampak tengah menghubungi seseorang yang bisa di tebak orang itu adalah ajudan keluarga Amato I, Tarung.

Calon Menantu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang