13. Tentang Sopan

2.4K 292 35
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________

Tisu demi tisu [Name] habiskan untuk mengelap ingus yang terus-terusan meler dari hidungnya.

Gara-gara mandi hujan dengan Thorn kemarin, kini gadis itu jatuh sakit.

Di tambah hari ini adalah hari pertama [Name] datang bulan jadi, makin gak karuan badannya.

Untung saja hari ini hari minggu, jadi [Name] bisa istirahat dengan tenang. Namun, meski bisa istirahat pun [Name] masih belum bisa mengurus dirinya sendiri.

Dulu ada almarhumah bunda dan bibi pengasuh yang sudah pasti siap sedia merawat [Name] sampai ia sembuh kembali. Tapi, sekarang hanya ada [Name] yang harus merawat dan menjaga dirinya sendiri. Tanpa bibi pengasuh dan almarhumah bunda di sampingnya.

Kalau menelepon orang rumah di saat-saat seperti ini pun, hanya akan menimbulkan masalah yang bisa saja mengacaukan "OPECAMI"-nya.

[Name] sekarang harus mandiri deh kalau sakit.

[Name] memejamkan matanya, kepala [Name] kembali berdenyut untuk yang kelima kalinya. Perutnya juga terasa di sakit sekali.

Oke, ini [Name] harus sarapan dan langsung minum obat habis itu tidur biar enakan.

[Name] perlahan bangun dari tempat tidurnya dan hendak berjalan keluar dari kamar tapi, baru beberapa langkah saja kepala [Name] sudah berkunang-kunang dan pandangan matanya juga mengabur.

[Name] mengernyit menahan rasa sakit, gak lagi-lagi deh [Name] menuruti kemauan Thorn untuk mandi hujan. Badannya langsung pegel dan panas dingin padahal hanya terkena hujan sebentar, mungkin karena kemarin itu pertama kalinya [Name] mandi hujan kali ya jadinya dia langsung tepar begitu.

[Name] memaksakan kakinya untuk melangkah keluar kamar, dengan mata yang tidak bisa di buka karena sakit dan kepala yang serasa mau pecah [Name] dengan sempoyongan berusaha menuruni anak-anak tangga untuk turun ke lantai bawah.

Tujuan [Name] saat ini adalah dapur, soalnya [Name] gak ada makanan jadi dan sekarang dia harus masak kalau gak mau mati karena kelaparan dan sakit kepala.

Saat [Name] tengah melangkah menuju dapur, sebuah ketukan yang berasal dari pintu rumahnya terdengar.

[Name] mengernyit kan dahinya, siapa yang bertamu di pagi-pagi buta begini?.

Dengan langkah sempoyongan [Name] berjalan ke arah pintu. Saat berjalan [Name] bertumpu pada perabotan yang sekiranya bisa ia jadikan tumpuan jika nanti tubuhnya sudah tidak kuat lagi.

[Name] membuka kenop pintu rumahnya dan alangkah terkejutnya ketika dirinya mendapat tamu yang tidak di duga-duga.

"Pagi, [Name]." Sapa Sopan sembari melambaikan tangannya di hadapan [Name].

Senyuman lembut terpatri di wajah tampan Sopan. Di tangan kanan Sopan terdapat satu kantong plastik yang sepertinya berisi buah apel dan jeruk.

[Name] menatap Sopan sayu. "Bagai... Mana... Kah... Kahmu..." Nafas [Name] Tersengal-sengal. Pandangan yang semula mengabur kini menjadi hitam.

[Name] langsung ambruk karena tidak kuat lagi menahan rasa sakit di kepalanya, beruntung Sopan dengan sigap langsung menangkap tubuh [Name] yang hendak jatuh ke lantai.

"Sepertinya kepindahanku kemari di waktu yang tepat ya." Ucap Sopan. Pertama-tama Sopan menutup terlebih duhulu pintu rumah [Name] lalu dengan sekali gerakan Sopan langsung menggendong [Name] ala bridal style dan melangkah menuju sofa ruang tamu milik [Name].

Dengan sangat lembut juga berhati-hati, Sopan membaringkan [Name] di sofa panjang warna abu. Tangan kiri Sopan mengambil bantal sofa dan menjadikannya sebagai sanggahan untuk kepala [Name].

Calon Menantu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang