Lokasi : Dimensi 3140
MC : [Name] CM/54%.
.
.𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________"Dalam bahaya?"–[Name] mengedipkan matanya beberapa kali–"maksudnya apa? Lalu, tahu darimana anda bahwa nama saya adalah [Name]?" tanya [Name]. Saat ini gadis cantik bersurai hitam panjang itu tengah duduk di depan jendela yang berpagar besi di kamar Sopan dengan kupu-kupu biru—Maripos—yang bertengger di kedua telapak tangannya.
"Panjang ceritanya kalau di ceritakan. Jangan minta di pendekkan, soalnya saya maunya panjang," jawab Maripos asal.
"... Aku gak minta di pendekkan."
"Ya, kan siapa tahu. Oke, kembali ke topik, Kamu sudah tahu bukan bahwa Sopan yang tengah bersamamu ini bukanlah Sopan yang kamu kenal?" tanya Maripos yang langsung di jawab dengan anggukan dari [Name].
"Iya, aku tahu. Dari hawa dan aura mereka saja sudah terasa berbeda," jawab [Name]. Dirinya ingin bertanya lagi mengapa Maripos bisa mengenali Sopan namun, niatnya ia urungkan ketika Maripos justru mengucapkan kata-kata yang kembali menumbuhkan pertanyaan baru di kepalanya hingga membuat pertanyaan tentang Sopan hilang seketika dari benaknya.
"Hawa? Aura? Ah, rupanya kekuatan itu sudah aktif di dalam dirimu," ucap Maripos yang kembali membuat [Name] kebingungan hingga membuat dahi gadis itu mengerut.
"Aktif? Apa maks—"
"—Ceritanya nanti aja. Sekarang kamu sedang dalam bahaya besar," potong Maripos cepat, membuat [Name] sedikit jengkel karenanya.
"Bahaya-bahaya terus dari tadi. Sebenarnya apa yang tengah terjadi dan mengapa aku dalam bahaya? Apa itu karena Sopan? Apa Sopan membuatku dalam bahaya?" tanya [Name] sambil me-mention nama Sopan yang sepertinya tengah di khawatirkan oleh Maripos ini.
Maripos langsung mengepak-kepakkan kedua sayapnya, tanda bahwa pertanyaan [Name] di akhir tadi adalah benar. "Iya, dialah orang yang berbahaya untukmu. Dan untukku juga kalau ketahuan."
"Seperti apa yang kamu gumamkan tadi tentang putaran dan kehidupan itu semuanya adalah benar. Sopan yang ada di sini bersama kita adalah Sopan dari putaran sebelumnya, atau lebih tepatnya putaran 3140," sambung Maripos.
"3140?" Dahi [Name] nampak kembali mengerut sebelum akhirnya kembali normal seperti sedia kala setelah berpikir cukup lama. "Jadi benar rupanya ada kehidupan sebelumnya. Pantas saja ada Halilintar yang terasa berbeda dan Sopan dengan aura yang berbeda," ucap [Name] sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Akhirnya terjawab juga satu dari beribu-ribu pertanyaan di kepalanya.
Ternyata dugaanku benar, ini memang ada regresi atau kehidupan sebelumnya. Tapi, mengapa itu bisa terjadi? Pasti masih ada kejelasan yang lainnya, batin [Name].
Maripos terbang mengitari [Name] dengan perasaan terkejut. "Halilintar? Maksudmu ada Halilintar dari putaran sebelumnya?? Apa itu Halilintar 2005?! Apa dia datang ke putaran 3222?!" seru Maripos yang sepertinya mulai panik sekarang.
"Ah, aku tidak—"
"ASTAGA! MAMPUSLAH KITA SEMUA! KALAU DIA YANG DATANG SUDAH DI PASTIKAN KITA ON THE WAY PUTARAN 3223!" Maripos terus berterbangan bak nyamuk yang kena semprot baygon sampai tiba-tiba dia berhenti di atas meja rias di samping kiri [Name].
"Tapi, bukankah dia tengah berpergian mencari si pelukis itu? Seharusnya dia tidak di alam semesta ini, bukan? Si pelukis itu berada di semesta yang berbeda, sama seperti Thorn 2005 yang juga tengah berada di semesta yang berbeda. Di tambah dimensi Beliung itu berada di ujung semesta dan sangat sulit untuk di temukan. Rimba dan Kira'na saja sampai membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menemukannya, sudah pasti Halilintar 2005 juga kesulitan." Maripos mulai beradu argumen dengan dirinya sendiri hingga ia mengabaikan [Name] yang hendak kembali berbicara kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Menantu!
FanfictionDapat lamaran mendadak jadi calon menantu di keluarga Amato bersaudara, membuat [Name] harus menyamar dan menyembunyikan identitasnya untuk menyeleksi calon suaminya sendiri. Awalnya sih para anak anak Amato bersaudara ini menolak lamarannya tapi, k...