02. Gak Mau!

3.5K 308 54
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜
________________

Setelah pembicaraannya dengan sang ayah di meja makan, kini [Name] tengah merebahkan dirinya di atas kasur miliknya. Manik mata cokelat kehitamannya menatap ke arah langit-langit kamar, pikirannya saat ini hanya tertuju kepada lamaran mendadak sore tadi.

[Name] sebenarnya tidak tertarik dengan anak-anak Amato Bersaudara, apalagi dirinya tidak pernah bertemu dengan salah satu dari mereka tapi, lamaran ini datang dari sahabat mendiang bundanya. Jika sahabat bundanya meminta seperti itu, berati ada kaitannya dengan bunda [Name]. Jika benar dugaan [Name] maka ia akan menerima itu dengan mantap hati.

Bagi [Name], bundanya adalah segalanya. Ia akan menuruti perkataan bundanya karena ia tahu apa yang bundanya pilihkan sudah tentu itu untuk kebaikannya.

Jika membahas tentang bundanya membuat [Name] sedikit merindukannya.

Tiba-tiba pintu kamar [Name] terbuka, menampakkan sang ayah berdiri di sana dengan nampan yang terdapat dua gelas ice cream [Your favorite flavour].

"Ayah mengganggu, gak?" tanya Arman.

Mendengar perkataan sang ayah, [Name] hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum.

Arman berjalan mendekat ke arah [Name] lalu memberikan satu gelas ice cream kepada [Name] yang langsung diterima dengan baik. Arman tersenyum sambil mendudukkan pantatnya di pinggir kasur. Sorot mata miliknya menatap lembut ke arah [Name] yang tengah menikmati ice cream favoritnya.

Arman mengelus pelan puncak kepala putrinya. "Ayah tahu ini permintaan dari sahabat bundamu, dan Ayah juga tahu ini pasti ada kaitannya dengan Bunda kamu. Dan kamu pasti akan menerimanya, bukan?" tanya Arman yang langsung di balas dengan anggukan kecil dari [Name].

"[Name] tahu Ayah pasti akan menolak dengan keras tetapi, Ayah tahu 'kan seberapa besar rasa sayang [Name] untuk Bunda?" Sorot mata [Name] mendadak jadi sendu.

Arman menghela nafas pelan. "Tapi kamu gak tau sifat dan kepribadian calon kamu nanti kayak gimana [Name]. Kalau dia ternyata suka main kekerasan? Kalau dia ternyata suka main cewek? Kamu pikir Ayah sanggup liat kamu disakiti?"

[Name] terdiam sejenak, perkataan ayahnya itu ada benarnya. Sebenarnya sedari meja makan tadi [Name] memikirkan perihal itu. Dirinya tidak tahu pasti seperti apa calonnya itu, melihat wajahnya saja tidak pernah bagimana coba [Name] akan mengobservasinya?

"Ayah, anaknya pak Amato Bersaudara masing-masing anak tunggal, 'kan?" Arman yang tengah asik menikmati ice cream-nya mendadak tersedak karena pertanyaan dari [Name]. Pasalnya anak dari Amato Bersaudara itu bukan cuma satu, anak dari dua orang itu banyak udah gitu kembar pula. Arman pernah beberapa kali melihat anak-anak mereka dan sampai sekarang Arman masih suka bingung membedakan anak-anak Amato Bersaudara itu.

"Dari dua Amato Bersaudara yang tertua dia mempunyai tujuh anak laki-laki kembar, lalu Amato yang termuda mempunyai enam anak laki-laki kembar. Jadi, kamu mempunyai tiga belas calon suami." jelas Arman. Dirinya kadang heran itu istri dari Amato Bersaudara kuat juga ya hamilnya sekali keluar langsung banyak gitu.

[Name] yang mendengar itu mendadak ikutan tersedak ice cream. Gila! Calon suami dia banyak banget, ini dia mau ngeharem atau gimana sih?!

"Yang bener aja Ayah, sebanyak itu?!"

Arman mengangguk cepat. "Kamu juga pasti mau menolak, 'kan? Udah tolak aja sih, gak papa Ayah dukung seratus persen!" seru Arman sambil tersenyum lebar.

[Name] diam, tidak lagi menjawab perkataan ayahnya. Dirinya kini tengah berpikir dan mencari jalan keluar untuk masalah lamaran ini. Lagipula dirinya juga harus membuktikan apakah benar bundanya ikut campur soal ini.

Calon Menantu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang