𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________Saat ini akademi Pulau Rintis tengah di buat heboh karena hilangnya Riana yang notabene sebagai anak dari keluarga paling berpengaruh di peringkat kedelapan se-akademi. Desas-desus serta gosip-gosip tidak mendasar mulai tersebar di kalangan siswa akademi, seperti saat ini.
Manik cokelat [Name] melirik pada sekumpulan siswi-siswi yang nampaknya tengah asik bergosip soal hilangnya Riana.
"Sampai saat ini Riana masih belum di temukan?"
"Pekerjaan pihak berwajib sangat lambat! Padahal Riana anak kepala polisi!"
"Tapi dari yang kudengar, katanya hilangnya Riana ada sangkut pautnya dengan kasus keluarga Duch kemarin, lho."
"Ah! kasus yang masih jadi trending topik itu, 'kan?!"
"Iya, kat—"
"Ekhem! Ini perpustakan lho, bukan tempat bergosip!" Suara seruan dari seseorang berhasil menghentikan aksi bergosip para siswi tersebut. [Name] menoleh ke samping dan mendapati Acha berdiri tepat di sebelahnya dengan kedua tangannya di lipat di depan dada. "Kalau ingin bergosip di luar saja jangan di sini, kalian mengganggu orang lain yang sedang fokus belajar. Seharusnya kalian juga belajar untuk mempersiapkan ujian akhir nanti, bukannya justru bergosip hal yang tidak mendasar, kalian paham?" Suara yang biasanya terdengar lembut di telinga [Name] kini berubah penuh tekanan dan amarah.
"K–kami paham, k–kalau begitu kami permisi!" Rombongan siswi bergosip tadi langsung berhamburan keluar dari perpustakaan timur dengan tergesa-gesa setelah mendapat omelan dari Acha, selaku anggota OSIS yang berada di bagian keamanan.
"Haah ... dasar,"–Acha menoleh kepada [Name]–"sekarang tidak ada yang mengganggumu, 'kan?"
[Name] menatap Acha sejenak sebelum akhirnya ia kembali fokus pada buku yang berada di genggamannya. "Mereka memang berisik, tapi aku tidak terlalu terganggu." ucap [Name].
"Ya, walau begitu mereka tetap harus di nasehati agar tidak lagi melakukan kesalahan yang sama." Acha menarik kursi yang berada di sebelah [Name] lalu duduk di sana. "Apa kamu sedang membaca buku tentang bunga lily itu lagi?" tanya Acha.
"Iya." jawab [Name] singkat.
Acha mengangguk paham, manik matanya menatap lamat [Name] yang terlihat sangat fokus dengan buku yang di bacanya. "Apa kamu sedang mencari sesuatu, [Name]?" tanya Acha.
"Kurang lebih begitu." jawab [Name] tanpa melepaskan pandangannya pada buku yang ia baca.
"Aku bisa membantumu." Tiga kata yang keluar dari mulut Acha berhasil menyita fokus [Name] dari buku yang sedari tadi asik ia selami setiap halamannya.
[Name] menoleh kepada Acha. "Apa maksud perkataanmu?"
Acha kembali menyunggingkan senyumnya. "Aku tahu kamu sedang menyelidiki soal teror keluarga Amato II, 'kan? Oleh karena itu aku ingin membantumu karena itu sudah pasti menyangkut Glacier." tutur Acha.
[Name] terdiam sejenak ketika mendengar ucapan Acha barusan, sepertinya tidak buruk juga jika Acha membantunya. Lagi pula pasti Acha memiliki satu info penting yang berkaitan dengan masalah teror ini sebab, gadis itu adalah orang terdekat Glacier.
"Kamu tahu teror itu menggunakan topeng babi, kan? Nah, menurutmu apa artinya?" tanya [Name].
"Topeng babi, ya." Acha memasang pose berpikir. "Kalau dari beberapa sumber, babi itu menyiratkan kekayaan dan kemakmuran."
Acha kembali menoleh kepada [Name]. "Aku rasa peneror itu ingin memberitahu siapa dalang dari segala rentetan teror yang terjadi."
[Name] mengernyitkan dahinya. "Apa maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Menantu!
Fiksi PenggemarDapat lamaran mendadak jadi calon menantu di keluarga Amato bersaudara, membuat [Name] harus menyamar dan menyembunyikan identitasnya untuk menyeleksi calon suaminya sendiri. Awalnya sih para anak anak Amato bersaudara ini menolak lamarannya tapi, k...