36. Kejar-Kejaran

1.5K 179 165
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________

Angin kencang menerpa rambut dan wajah [Name], membuat jedai hitam miliknya terlepas dan jatuh ke jalanan yang padat dengan kendaraan roda dua dan empat.

[Name] memegangi rambutnya yang sudah berterbangan tidak karuan. Gadis itu mengumpat dalam hati kepada Supra yang membawa motor seperti tengah berada di balapan motogp.

"Supra! Pelanin dikit kecepatannya!" seru [Name].

"Hah?! Pinjemin?! Kamu mau pinjem apa?!" tanya Supra sambil sedikit berteriak.

"Motor! Motornya pelanin!"

"Kolor?! Yang bener aja kamu! Kalau kamu pinjem kolor aku, nanti aku pakai apa [Name]?!"

"Siapa yang mau minjem kolor kamu Pra?! Motor astaga motor! Kecepatan motor kamu pelanin dikit Supra!!"

"Apa?! Kamu mau jadi pacar aku? Iya boleh kok boleh! Lagian kita juga bakal nikah!"

Perempatan muncul di dahi [Name], ini Supra tuli karena jalanan yang berisik atau pura-pura tuli sih. "PELANIN MOTORNYA SUPRA! ASTAGFIRULLAH!" [Name] yang sudah emosi langsung saja memukul helm Supra yang bermotif rainbow ruby.

Supra yang di pukul begitu bukannya langsung sadar malah tambah gila. "Apa?! Cepetin?! Oke!" Supra langsung menambah kecepatan motornya, membuat [Name] hampir terjungkal dan langsung berpegangan erat dengan jaket hitam milik Supra.

Supra menyeringai, misi berhasil, batin Supra.

[Name] menggeram kesal, sepertinya besok dia akan join ke dalam club 'Supra haters' yang didirikan oleh Solar dan Frostfire.

Berbeda dengan [Name] yang sibuk menyumpah serapahi Supra dalam hati, Supra justru tengah berbahagia menikmati waktunya dengan [Name]—orang yang dia sukai.

Tapi, kebahagiaan Supra hanya bertahan lima menit saja. Vivi kesayangannya tiba-tiba berjalan lambat, lalu mendadak berhenti di tengah jalan.

"Eh, eh? Kenapa Vivi berhenti?" tanya Supra bingung. [Name] yang menyadari ada yang aneh segera saja turun dari motor Supra.

"Ketepi dulu Pra, jalanan lagi padat," usul [Name]. Supra mengangguk dan langsung mendorong motornya ke tepi jalan yang terdapat halte bus di sana.

Supra mulai mengecek kondisi Vivi dengan [Name] yang berdiri di sampingnya.

"Apanya yang rusak?" tanya [Name].

"Jam tidurnya."

"..."

"Oke, aku tinggalin kamu sekarang." [Name] hendak berjalan meninggalkan Supra namun, pemuda bersurai cokelat itu langsung menahan tangan [Name].

"Cukup Vivi aja yang ngambek, kamunya jangan," ucap Supra. "[Name], kayaknya Vivi ngambek gara-gara dia belum sepenuhnya pulih waktu ketabrak terus jatoh ke got beberapa bulan yang lalu." Supra seketika mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, saat Vivi hampir jadi barang rongsokan karena ulah Taufan yang serampangan.

Supra jadi kesal kalau mengingatnya, udah motornya di bawah gak jelas, di tinggal, ketabrak lagi.

Dasar Taufan babi, batin Supra.

[Name] terdiam sejenak, matanya menelusuri area belakang motor Supra hingga sudut matanya menangkap sesuatu. "Dia belum pulih atau dia baru aja di isengin orang?" tangan kanan [Name] menunjuk pada secarik kertas yang tertempel di bagian belakang motor Supra.

Supra menatap pada secarik kertas yang di tunjuk [Name] dan mulai membaca isinya. Di kertas itu hanya tertulis satu kata yang berisi ;

Mampus.

Calon Menantu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang