𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________"Kasih ibuu, kepada betaa."
"Tak terhingga sepanjang masaa."
"Hanya memberi, tak harap kembali."
"Bagai sang surya, menyinari duniaa." Seorang gadis kecil dengan rambut di kuncir dua menoleh kepada pemuda di sampingnya. "Gimana Bang Gen? Suara Pipi bagus, 'kan?" tanyanya dengan senyum manis yang terukir sempurna di wajah pucatnya.
Gentar mengelus puncak kepala gadis kecil bernama Pipi itu. "Bagus, tapi masih bagusan suara Bang Gen." ucap Gentar sambil tersenyum jahil, membuat Pipi mengembungkan pipinya—tanda dia merajuk pada Gentar.
"Ish, Bang Gen! Pipi lagi serius, nih!" seru Pipi sambil memukul-mukul lengan Gentar.
Gentar terkekeh pelan, tangan kanannya menarik pelan hidung gadis mungil yang tengah merajuk itu. "Utututuu, bocil bisa serius gitu, ya. Apa yang lagi kamu seriusin itu, Cil?"
Perempatan muncul di dahi Pipi ketika mendengar kata bocil dari mulut Gentar. "Pipi bukan bocil, la! Bang Gen jelek!" Gadis itu kini beralih menjambak rambut Gentar. "Pipi 'kan mau nyanyi lagu itu buat mama! tapi Bang Gen malah ngeledekin Pipi! Bang Gen jelek! Bang Gen jelek!" rengeknya.
"Aduh-duh! Iya-iya maaf! lepasin dong, Pi! Sakit rambut Bang Gen, nih!"
"Janji dulu gak ngeledekin Pipi lagi!"
"Iya-iya janji! Bang Gen janji gak ngeledekin Pipi lagi!
"Bohong!"
"Gak yang ini beneran! Suer!"
Pipi akhirnya melepaskan jambakannya. "Tuh! Awas aja kalau Bang Gen ledekin Pipi lagi, nanti Pipi tendang kaki Bang Gen!" ancam Pipi.
Gentar mengelus kepalanya yang terasa nyeri akibat di jambak Pipi tadi. "Kamu kenapa jadi galak begitu, sih. Ajaran siapa coba?"
"Ajaran Bang Re! Kata Bang Re kita harus tegas sama orang yang suka ngeledek sama ngatain kita!" seru Pipi dengan antusias.
Gentar menatap Pipi datar Pantes, yang ngajarin orang gila kayak Bang Re ternyata, batin Gentar.
"Jangan ikutin kata Bang Re, nanti kamu sesat," ucap Gentar.
Pipi memiringkan kepalanya bingung. "Sesat? Sesat itu apa, Bang Gen?" tanya Pipi.
"Itu bahasa orang ganteng, bocil gak perlu tau."
"Bang Gen!"
Gentar tertawa kencang, ternyata seru juga menjahili anak kecil, ya. "Hahaha, kamu definisi cewek banget, Pi. Dikit-dikit marah." Tangan Gentar kembali mengusap-usap puncak kepala gadis yang lagi-lagi merajuk padanya. "Omong-omong, kamu ada acara apa sampai mau nyanyi lagu 'Kasih Ibu' buat mamamu?" tanya Gentar penasaran.
Aura di sekitar Pipi menjadi sendu karena pertanyaan Gentar. "Pipi cuma ingin menyampaikan rasa sayang Pipi buat mama karena sebentar lagi Pipi tidak akan bisa bertemu mama untuk selama-lamanya." lirih Pipi dengan manik cokelatnya menatap pada rerumputan yang berada di halaman rumah sakit.
Gentar mengernyitkan dahinya. "Memangnya Pipi mau kemana?" tanya Gentar lagi.
Pipi menoleh ke arah Gentar. "Pipi 'kan mau ke surga Bang Gen."–Pipi mengangkat gelang di tangannya yang berwarna ungu–"lihat! Kalau gelangnya warna ungu itu pertanda kita akan ke surga!" seru Pipi dengan antusias tanpa mengetahui arti dari kata-katanya.
Tangan mungil Pipi menunjuk pada gelang biru yang melingkar di pergelangan tangan Gentar. "Kalau gelang Bang Gen Pipi gak tau artinya." Pipi menatap ke arah Gentar. "Bang Gen tau, gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Menantu!
FanfictionDapat lamaran mendadak jadi calon menantu di keluarga Amato bersaudara, membuat [Name] harus menyamar dan menyembunyikan identitasnya untuk menyeleksi calon suaminya sendiri. Awalnya sih para anak anak Amato bersaudara ini menolak lamarannya tapi, k...