𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________Jam pulang sekolah sudah berlalu sejak satu setengah jam yang lalu.
Saat ini geng mini bus telah selesai mengerjakan hukuman mereka dan tengah beristirahat sejenak di ruang kelas 1-B.
Yaya, Ying, dan [Name] saling menyender satu sama lain sambil meneguk es teh buatan makcik kantin.
Lalu Fang, Solar dan Supra tergeletak di lantai kelas karena tenaga mereka sudah terkuras habis.
Sedangkan Sori dan Thorn mereka biasa-biasa saja karena hukuman mereka baru mulai besok pagi.
Ice? Ada di bawah kolong meja guru.
"Gila, ini hukumannya berasa latihan militer," keluh Fang.
"Ini masih mending, gw kalau di rumah gak beres-beres kamar aja udah di suruh lari keliling komplek lima kali," sahut Ying.
"... Kakak lu gila juga, ya."
"Dia mah udah gila dari lahir."
"Durhaka lu sama kakak," sahut Solar
"Heh! Kaya lu gak pernah aja! Lu tuh ribut mulu sama sodara gak abang gak adek lu ributin semua!"seru Ying sambil menunjuk kesal kepada Solar.
"Ya merekanya aja yang—"
"Ekhem! Ribut lagi nama kalian aku tulis di buku ini." Yaya menunjukkan satu buku kematian miliknya yang jika di tulis nama seseorang di sana maka orang itu sudah pasti tidak akan selama dari hukuman mengerikan yang di berikan Yaya.
Solar dan Ying langsung terdiam dan tidak lagi bersuara hingga satu pertanyaan dari Thorn membuat dua orang itu mau tidak mau kembali bersuara.
"Sekarang kita harus bagaimana?" tanya Thorn.
Ying menoleh ke arah Thorn dengan tatapan bingung. "Bagaimana apanya?" tanya Ying.
"Bagaimana rencana kita kedepannya. Diari Riana yang menjadi satu-satunya petunjuk telah di sabotase seseorang. Sekarang kita tidak punya petunjuk yang lain," jelas Thorn.
Semua orang yang berada di kelas 1-B seketika terdiam. Sepertinya mereka cukup terkejut dengan Thorn karena ucapannya.
Seorang pemuda yang isi kepalanya hanya ada tanaman tiba-tiba mengatakan tentang petunjuk dan sabotase.
Ini seperti anak kecil yang berkata ingin bekerja kepada orang dewasa.
Thorn terlihat bingung ketika orang-orang di sekitarnya mendadak terdiam. "Eh? Kenapa semua diam? Apa perkataanku ada yang salah?" tanya Thorn bingung.
Supra yang berada di sebelahnya menggeleng pelan. "Gak kok, kami hanya terkejut dengan ucapanmu, Thorn." ucap Supra, "untuk kasus Riana aku juga tidak tahu rencana apa yang harus kita lakukan tapi, kita bisa datang ke pemakaman Riana nanti untuk mencari petunjuk di sana."
"Ah, iya juga! Nanti sore acara pemakaman Riana. Kita semua wajib ke sana, 'kan?"
Solar mengangguk dengan ucapan Sori barusan. "Iya, apalagi kita. Kita wajib kesana karena Om Pian adalah teman ayah." ucap Solar.
"Aku juga bakal ke sana karena Bang Zo datang sebagai perwakilan sekolah," ucap Fang, "kita bisa sama-sama cari petunjuk nanti."
"Ide bagus!" Solar menoleh kepada tiga cewek di pojok kelas. "Kalian ikut juga 'kan?" tanya Solar.
"Aku dan Yaya iy—"
"Aku tidak."
Semua mata langung tertuju kepada [Name] yang nampak asik membaca novel favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Menantu!
FanfictionDapat lamaran mendadak jadi calon menantu di keluarga Amato bersaudara, membuat [Name] harus menyamar dan menyembunyikan identitasnya untuk menyeleksi calon suaminya sendiri. Awalnya sih para anak anak Amato bersaudara ini menolak lamarannya tapi, k...