69. Gagak dan Anak Kecil Buta

746 83 163
                                    

Author Note :

Warn! [Baca pelan-pelan!]

Saya ingatkan sekali lagi, takut ada yang lupa.

[Name] CM/[Name] Benjamin = [Name] 54%
[Name] Halilintar/ adik sepupu [Name] CM = [Name] 26%
[Name] Blaze/ kekasih Blaze = [Name] 11%
[Name] Rimba (sudah tiada) = [Name] 8%
[Name] Kaizo/tunangan Kaizo = [Name] 1%

Simpan, ya. Nanti saya akan sering kasih juga di setiap chapter ke depan. Takut kalian lupa.

Okie, selamat membaca chapter 69 ❤

.
.
.
.
[Calon Menantu!]
.
.
.
.

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________

Pukul sepuluh lewat lima, seorang pria kisaran umur empat puluh tahunan yang masih terlihat gagah tengah mengendarai sebuah mobil BMW hitam dengan kecepatan tinggi menembus jalanan sepi kota Pulau Rintis.

Pria tersebut adalah Armana Benjamin. Sejak mendapatkan kabar bahwa putri semata wayangnya menghilang, Arman langsung bergegas menuju Malaysia dari kantor tempat ia bekerja tanpa berganti pakaian dan bersiap-siap dulu.

Perasaan takut dan khawatir sudah terlebih dahulu menguasai dirinya sehingga ketika Kaizo mengabarkan bahwa putrinya tidak ada di rumahnya dan ponselnya tidak aktif, hal pertama yang ada di pikirannya saat itu adalah keberadaan putrinya yang hilang dan bukan dirinya sendiri.

Mobil BMW itu semakin melaju kencang bersamaan dengan pikiran-pikiran negatif yang terus menghujam isi kepala Arman hingga amarah yang sedari tadi ia tumpuk mulai meluap keluar tanpa bisa ia kontrol lagi.

Sial! Apa yang aku takutkan akhirnya terjadi. Seharusnya saat itu aku mencegahnya saja dan langsung menolak mentah-mentah lamaran itu meski itu permintaan terakhir dari □□□□! Sekarang putriku menghilang tanpa ada kabar di negara yang paling ingin aku jauhi darinya! Dasar bajingan dua Amato sialan!

Arman menggeram penuh amarah, umpatan-umpatan kasar terus ia lontarkan di dalam hati untuk Amato Bersaudara.

Arman tahu betul bahwa dua orang itu sebenarnya tidak tertarik dan tidak peduli sama sekali dengan perjodohan antara anak-anak mereka dengan putri semata wayangnya. Yang dua orang itu pedulikan hanyalah akses bandara dan pelabuhan miliknya saja.

Sejak putrinya masih kecil, Amato Bersaudara sudah mulai menunjukkan niat asli mereka dengan membuat rencana masa depan yang berisi pernikahan politik atas dasar persahabatan antara keluarga Benjamin dan Keluarga Amato. Mereka berdua menyodorkan Frostfire dan Halilintar bak barang kepada dirinya dan mendiang istrinya untuk di jadikan menantu di keluarga Benjamin namun, karena mendiang istrinya lebih condong ke Sopan dan dirinya sendiri juga tidak menyukai perjodohan itu akhirnya Amato Bersaudara mengurungkan niat mereka sampai, tibalah hari dimana sebuah pesan dari mendiang istrinya sampai ke telinga Amato Bersaudara.

Pesan itu berisi sebuah keinginan dari almarhumah istri Arman yang berniat untuk menjodohkan putri mereka dengan salah satu putra dari keluarga Amato Bersaudara demi melindungi anak gadis kesayangan mereka berdua di masa depan.

Dan karena hal itulah Amato Bersaudara kembali gencar mengirimkan lamaran hingga tiga kali dalam sebulan dengan dalih permintaan terakhir dari mendiang istrinya yang sudah tiada.

Arman sudah menolaknya berkali-kali hingga dirinya muak tapi, dua orang bajingan itu masih saja mengirimkan surat lamaran meski sudah di tolak mentah-mentah. Arman bahkan sampai membakar surat lamarannya di hadapan dua ajudan Amato Bersaudara sendiri agar mereka berdua tahu bahwa sampai mati pun ia tidak akan pernah mau menerima perjodohan itu meski Amato Bersaudara terus mengirimkannya tanpa kenal lelah.

Calon Menantu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang