Prolog

6.7K 258 7
                                    

Hai Hai! Halooo :)

Selamat datang di ceritaku yang ke dua.

Dengan judul : The Twin Transmigration

Oh iya, sebelum itu aku sebagai author ada sedikit permintaan kecil nih buat para readerskuuu 🥰🥰

Mulai sekarang jangan panggil aku author lagi yaaa ☺️

Panggil aja aku :
Asih atau buat yang males ngetik bisa panggil Kasih ( Kak Asih )

Jadi kalo mau kasih semangat atau minta next part bisa ketik:

^^: Kak Asih next atau Kasih next
^∆^: Semangat Kak Asih/ Kasih semangat

Atau apapun itu asal sopan dan menggunakan dua nama di atas. Bukan nggak suka dipanggil "thor" tapi ... agak gimana aja gitu bacanya.

Note : Aku lebih suka dipanggil Kak Asih ( karena terkesan menghormati hehe✌️ )


Dahlah basa-basi nya, cuzz baca aja. Happy reading :)

⭐★★⭐

Malam itu, ketika tanah Jakarta masih tampak basah setelah hujan yang mengguyur kota. Tiga manusia dengan langkah terseok-seok berlari di tengah dinginnya udara malam. Jalan sepi, minim penerangan, juga genangan air mereka lewati begitu saja. Sesekali kilatan petir menampakkan cahayanya, menambah kesan yang mencengkam.

Dua gadis kecil dengan seorang remaja laki-laki yang sudah babak belur terus berlari. Hembusan napas tersegal saling sahut menyahut. Tautan tangan mereka semakin mengerat kala suara orang-orang itu terdengar lagi. Remaja itu berhenti dengan napas yang tersengal-sengal. Mengedarkan pandangannya, mencari tempat bersembunyi.

"Za, Zy. Kalian sembunyi, ya? Jangan keluar apapun yang terjadi. Maafin Abang. Abang sayang sama kalian." Dengan terburu-buru dan panik, remaja itu memeluk kedua adiknya erat-erat, seolah jika ia melepaskan pelukan itu, dia tidak akan bisa memeluk si kembar lagi.

"Abang, Zy takut. Jangan tinggalin Zy, Bang." Gadis kecil yang berusia 13 tahun itu terisak, takut dengan semua kejadian yang ia alami.

"Za, nggak mau sembunyi. Mau sama Abang aja." Lelehan air mata terus mengalir. Membuat dada si Kakak terasa sesak melihatnya.

Tidak ada waktu, remaja itu menuntun kedua adiknya ke sebuah bak sampah yang berisi kardus-kardus setengah basah dan beberapa botol plastik. Memaksa kedua tubuh adiknya untuk bersembunyi di bak itu dan menutupi mereka dengan kardus-kardus agar tidak terlihat.

"Abaaang," rengek kedua gadis kecil itu tak rela. Genangan air berkumpul di pelupuk mata si remaja, sesak di dada ketika melihat kedua adiknya ketakutan seperti ini.

Laki-laki bernama Zevan Khairi Reymond itu mengusap air matanya kasar. Melangkah mundur, menjauh dari bak sampah.

"Woy! Dia di sini!" teriak seorang lelaki memanggil teman-temannya.

"Fuck!" umpat Zevan. Dia berlari sejauh yang ia bisa.

Sontak saja orang-orang berjaket hitam itu kembali mengejar Zevan. Sebisa mungkin, Zevan berlari, menjauh dari tempat kedua adiknya bersembunyi.

Dor!

Brugh!

Zevan limbung di aspal, dia mengerang kesakitan lantaran kaki kanannya tertembak. Dirinya mencoba berdiri, tapi tenaganya sudah benar-benar terkuras habis. Di bawah cahaya lampu jalanan itu, tubuhnya terangkat ketika seseorang menarik paksa kerah bajunya.

The Twin Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang