♥ Happy reading ♥
"Ya, ya, ya? Boleh?"
"I-iya, iya. Boleh. Tapi nanti kabarin loh, ya?"
Zy mengangguk antusias. Sore ini, dia bisa bermain ke rumah Aira lagi. Tentu saja bukan tanpa alasan, dia selalu punya tujuan tersendiri dibalik tindakannya.
"Dih, nape lo senyum-senyum?"
Kepala Zy mendongak kala Lana datang dengan semangkuk bakso dan sebuah pertanyaan yang dilontarkan. Tanpa memerlukan izin, gadis itu duduk di sebelahnya. Mencomot mangkuk sambal lalu menuangkan beberapa sendok ke mangkuk bakso.
"Ada deh, kepo," balas Zy kembali fokus pada makanannya. Teringat sesuatu, gadis itu menatap serius Lana. "Eh, lo masih ada utang cerita, ya, sama gue."
Lana terbatuk karena todongan pertanyaan Zy tepat saat dia menyeruput kuah pedas. Sebuah gelas berisi es jeruk langsung tersaji di hadapannya, buru-buru ia tegak guna menghilangkan rasa pedas di tenggorokan.
"Sama-sama," cetus Johan menyindir. Lana hanya mendengus.
"Jadi?" Zy masih tak melupakan tuntutan jawabannya. Malahan semakin curiga karena Johan dan Lana terlihat dekat akhir-akhir ini.
"Intinya, singkatnya, begini ...."
Lana mulai menceritakan awal di mana dirinya pulang bersama Johan, dijambak sang Mama sampai hendak dijual secara terang-terangan. Tak lupa juga ia ceritakan tentang Johan yang sudah berbaik hati menolongnya. Membuat sang empunya membusungkan dada merasa bangga. Seolah sedang melakukan kebaikan dengan jaminan masuk surga.
"Katanya singkat, kok panjang sih, Zy, ceritanya?" bisik Aira yang berada di sisi Zy.
"Kelebihan energi dia," jawab Zy berbisik dibalas anggukan oleh Aira.
"Yang sabar, ya, Na. Lana, kan cewek kuat, pasti bisa lewatin ini semua. Kalo ada apa-apa, atau butuh temen cerita, sini cerita sama Aira. Aira stand by buat dengerin kamu," tutur Aira turut prihatin. Tak menyangka, Lana yang terlihat galak itu ternyata menyimpan masalah yang berat.
"Makasih, ya. Kalian baik banget," balas Lana tersenyum tulus. Sangat bersyukur dia memiliki teman-teman baik seperti mereka. Tangannya mengipas area wajah yang entah sejak kapan matanya berkaca-kaca. "Duh, pedes."
"Ni, ni, nih. Lap ingus, lap ingus." Johan memberikan selembar tisu sembari begidik geli.
"Ingus matamu!" tandas Lana galak. Air matanya tak jadi keluar, lantaran tingkah Johan yang membuatnya emosi seketika.
Aira mengukir senyum tipis, sejenak bahunya terasa sedikit ringan, seolah ada masalahnya yang terangkat dengan kehadiran Lana dan yang lain.
⭐★★⭐
"Hahahaha ...." Lelaki itu menarik napas sejenak sebelum akhirnya kembali meloloskan tawa. Kepalanya digeleng pelan.
Ruangan yang dihuni begitu dingin menusuk kulit, mulutnya terasa asin dengan cairan merah yang menetes perlahan—walau pada akhirnya ia ludahkan secara paksa. Tangannya mati rasa akibat ikatan rantai yang cukup kuat, punggung sudah penuh dengan sayatan benda tajam. Rasanya perih, sakit. Sangat menyiksa.
"Udah mau mati, jadi dia gila," kata Za geleng-geleng heran. Belati miliknya ia lempar ke sembarang arah hingga bunyi kecil terdengar sekejap. Setitik darah pada belati menetes pada lantai. "Udah yok, mainnya. Abang gue mau ketemu sama lo di atas sana."
![](https://img.wattpad.com/cover/360570802-288-k350191.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin Transmigration
Novela JuvenilKetika dua gadis kembar somplak harus bertransmigrasi ke tubuh kembar dingin. Sesil florasta dan Sisil florista namanya. Dua gadis kembar berusia 17 tahun yang kini tengah menempuh pendidikan di bangku SMA. Dua gadis dengan julukan duo bima ( dua bi...