T3 (22) : Tebakan Zayna dan Johan

1.2K 90 14
                                    

♥ Happy reading ♥

Sudah lumrah kalau sepasang saudara itu bertengkar karena suatu hal, bertengkar sebentar, lalu setelahnya baikan. Baikan? Ya, semua itu akan terjadi kalau keduanya atau salah satu dari mereka memiliki kepekaan untuk meminta maaf terlebih dahulu.

Zy merasa dirinya yang salah karena sudah mengganggu Za kemarin. Niatnya, hari ini dia ingin meminta maaf pada sang kembaran. Namun, niatnya harus tertunda lantaran Za ternyata sudah berangkat sekolah lebih dahulu.

Dalam diam, Zy menghabiskan sarapannya, lalu berpamitan untuk sekolah. Sikap murung Zy mengundang kerutan tipis pada wajah kedua orangtuanya. Tapi, sepertinya mereka enggan untuk menegur.

"Tumben Lana nggak ada di kelas?" gumam Zy kala kakinya sudah menginjak ruang kelas. Terpikirkan satu tempat yang mungkin dikunjungi oleh temannya itu sekarang. "Di kantin kayaknya."

Tak perlu menunggu lama, Zy mematri langkah. Menyusuri setiap koridor untuk sampai di kantin. Ternyata kantin cukup ramai, mungkin karena rata-rata dari mereka malas sarapan, atau hanya sekedar nongkrong ria bersama teman sebelum bel.

Kaki Zy kantin dengan pandangan yang terus diedarkan. Sampai tanpa sengaja gadis itu menabrak sebuah hingga bunyi pecahan beradu dengan lantai.

Prak!

"Mata lo di mana?!"

Salakan bernada tinggi itu membuat Zy memfokuskan perhatian pada sosok di depannya. Alisnya sedikit mengerut.

"Budek lo?! Kalo jalan tu liat-liat!" berang cewek di depannya lagi.

Tangan Zy mengepal, lagi-lagi dirinya menjadi pusat perhatian di kantin. Hal yang sangat ia benci.

"Elo yang jalannya liat-liat kenapa nggak ngindarin gue?" tanya Zy menatap penuh emosi dibalik bingkai kacamatanya.

Bisik-bisik terkuar, merambat secepat angin. Membicarakan keberanian Zy yang membalas perkataan seorang pembully sadis LNS.

"Eh, eh, gilaaa. Si cupu makin ke sini makin suhu anjay!"

"Anjir, mulutnya minta dirobek Za!"

"Sok iye, disentil Za mampus tuh cupu!"

"Dih, caper!"

Za mengepalkan tangannya, ia rasa Zy ini tidak paham situasi untuk berakting. Tak ingin memperkeruh suasana, Za menendang mangkuk buburnya yang berserakan di lantai.

"Clean up, now!" ujarnya penuh penekanan. Setelahnya ia melenggang pergi, dengan emosi yang tertahan. Hari ini ada saja yang mengganggu pikirannya.

Tak banyak yang bisa Zy lakukan, dia hanya bisa menurut, membersihkan kekacauan yang ia buat.

Di meja kantin tak jauh dari posisi Zy, tiga orang membicarakan tentangnya.

"See? Cupu nggak mungkin seberani itu 'kan, kalo nggak bener-bener kenal sama Za?" celetuk Laura menyeringai. Sekarang apa yang pernah ia katakan pada Crisa ada buktinya.

"Got it, ini bakalan seru sih, kalo mereka berdua ada hubungan apa-apa. Maybe ... hubungan pembantu sama ratu?" sahut Vika tertawa mengejek.

The Twin Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang