T3 (25) : Target kedua

1.3K 102 4
                                    

♥ Happy reading ♥

"Ho. Em. Ooo ... hm."

Sebentar, Zy menghela napas pelan. Kepalanya berdenyut nyeri mendengar serancang rencana yang Za ceritakan melalui saluran telepon. Beruntung Za bercerita dengan sangat detail, jadi meskipun dia tidak ikut membuat rencana, dia masih bisa memahami alur rencana sesuai dengan yang Za beritahukan.

"Ck, iya-iya. Besok gue ceritain, udah, gue capek. Jangan lupa mimpiin gue jadi pengusaha kaya raya, oke?" Setelah mendengar balasan tidak minat dari seberang, Zy memutus panggilan. Meletakkan ponsel pada kasur dengan asal.

Matanya mengedar, mengamati ruangan yang membuatnya deja vu pada kamarnya dulu. Hanya ada satu kasur, satu meja belajar, dan kamar mandi dalam, juga satu jendela sebagai fentilasi. Kosan ini terbilang cukup luas dan nyaman.

Zy membuka laptop, mencoba meng-hack CCTV area kos-kosan untuk melihat siapa yang mengikutinya. Ilmu coding-nya yang tidak seberapa mungkin bisa ia manfaatkan. Lagi pula, semua akan terasa mudah karena Farez sudah pernah mengajarinya.

Cukup lama berkutat dengan laptop-nya, akhirnya layar menampilkan rekaman CCTV yang ia inginkan. Benar, ada yang mengikutinya. Terlihat orang bermasker hitam serta berkacamata itu menghubungi seseorang melalui telepon setelah memastikan dirinya masuk ke area kos-kosan.

Zy menghembuskan napas kasar, kembali memakai kacamata saat mendengar pintu diketuk dari luar. Gadis itu sedikit melengokkan kepalanya setelah membuka pintu. Seorang wanita berhijab hijau toska dengan senyum manis adalah pemandangan pertama yang ia lihat. Segera, Zy membalas senyuman itu.

"Kenapa, ya, Bu?" tanya Zy pada sosok wanita di depannya.

"Eh, enggak, Dek. Itu, tadi ada yang nanya-nanya soal kamu. Pakaiannya hitam-hitam, dia orang yang kamu maksud bukan?"

Bola mata Zy sedikit melebar, dia menampakkan diri sepenuhnya. Sedikit gelisah. "Dia tanya apa, Bu? Terus, Bu Ratna jawab apa?"

Yang ditanya tersenyum tipis. "Sesuai yang kamu minta, dan bener, dia nanya berapa lama kamu tinggal di sini. Ibu aja sampe disogok pake uang."

Jantung Zy berdebar, pertanda buruk. "Bu, Bu Ratna—"

"Kamu tenang aja, nggak usah khawatir. Bener yang kamu bilang, dari penampilannya mereka kayak orang jahat. Kamu hati-hati, ya? Ibu cuma mau mastiin kamu di sini baik-baik aja." Ratna—pemilik kos-kosan tempat Zy tinggal menenangkan gadis di depannya yang tampak ketakutan. Jujur, dia sendiri jarang dimintai tolong oleh anak-anak kosan agar merahasiakan identitas mereka. Tapi untuk kasus penghuninya yang satu ini, ia rela berbohong pada orang jahat itu agar anak ini selamat.

Zy menerbitkan senyum manis. "Makasih, Bu."

"Ya udah, kalo gitu, Ibu permisi dulu," ujar Bu Ratna pamit.

Zy mengangguk sembari menatap punggung berlapis gamis serta hijab itu menghilang dari pandangan. Kembali masuk ke kamar, Zy merebahkan tubuhnya ke kasur. Menatap langit-langit seraya mengucapkan syukur dalam hati.

Zy memang selalu bisa mempersiapkan segalanya dengan matang. Dibanding Za yang bisa menghadapi apapun sembari terus mengikuti alur kehidupan yang mengalir, justru Zy tidak bisa, ia harus mempersiapkan segalanya. Segalanya harus terancang, baru ia bisa tenang.

The Twin Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang