T3 (18) : Sudah punya nama

1.5K 110 7
                                    

♥ Happy reading ♥

Sepertinya pedal gas sudah diinjak penuh, mobil juga sudah melaju membelah angin dengan harapan agar mereka tidak terlambat, atau setidaknya masih sempat untuk masuk ke lingkungan sekolah. Tapi, nyatanya semua itu hanya harapan. Karena faktanya mereka benar-benar terlambat.

Langkah Zy semakin melambat kala sampai di depan gerbang menjulang yang sudah tertutup rapat. Tadi, dia meminta Za untuk menurunkannya di halte yang lokasinya tak jauh dari LNS.

Jadi dirinya harus berlari dari halte menuju sekolah agar tidak ada yang mengetahui kalau dia berangkat bersama Za. Sungguh melelahkan.

"Kan, telat," ujar Zy dengan napas yang tak teratur tanpa menghiraukan Za yang diam sembari bersandar pada kap mobil. Kalau sudah telat begini, gerbang tidak akan dibuka sampai nanti siang. Jadi memanggil satpam pun percuma.

Zy berdecak karena hari ini ada ulangan mata pelajaran ekonomi, dan dirinya tak mau melewatkan mapel kesukaannya itu. Seketika sebuah ide terlintas dibenaknya, menimbulkan segaris senyum tipis. Zy berbalik badan, berdehem pelan mengode Za, menggerakkan kedua bola matanya ke arah kanan.

Seakan paham, Za langsung bergerak ke arah kode Zy diikuti kembarannya itu. Mereka berjalan menuju pagar samping.

"Oke, shit! Ini pagernya kenapa setinggi harapan pembaca novel, sih?" umpat Zy mendongak. Pagar setinggi lebih dari dua meter itu nyaris melunturkan semangat si kembar.

"Udah, lo tenang aja. Bantuan akan tiba," sahut Za dengan tatapan penuh arti.

Tak berselang lama, sebuah tangga menggeprak dinding pagar, membuat si kembar otomatis mendongak lagi. Lambat laun sebuah kepala mulai terlihat, dan hal itu berhasil membuat si kembar mengukir senyum simpul.

"Lo berdua yang telat, gue yang susah!" sembur Johan setelah duduk di atas pagar. Buru-buru dia pindahkan tangga tadi ke arah luar pagar agar si kembar bisa memasuki area sekolah.

Zy memanjat terlebih dahulu kemudian disusul Za. Setelah keduanya duduk di atas pagar, mereka memindahkan tangganya lagi. Lalu secara bergantian, ketiganya mulai menuruni tangga.

"Thanks, Jo. Lo ter-the best deh," ucap Za menampilkan senyum lebarnya. Tadi saat perjalanan menuju pagar ini, dia sempat mengirimi Johan pesan supaya membantu mereka.

Johan memutar bola mata malasnya. "Tau gue tuh. Tapi nggak gratis, ya."

"Sip! Ntar gue traktir," sahut Zy menaik turunkan kedua alisnya.

Senyum puas terbit di wajah tampan Johan, kemudian seperti biasa dia merangkul tengkuk si kembar hingga keduanya terhuyung. Berjalan meninggalkan tangga yang masih berdiri kokoh.

"Halah Johan modus," tandas Zy kesal. Hal itu membuat Johan tertawa kecil. Memang serasa ada yang kurang kalau tidak mengerjai si kembar.

Tanpa ketiganya ketahui, dari kejauhan seorang gadis berkulit putih mengernyitkan dahinya bingung. "What is that? Cupu? Anak baru? And Za?"

⭐★★⭐

Seusai melakukan tawar menawar dengan guru ekonomi yang saat ini mengajar, akhirnya Zy diizinkan untuk duduk di bangkunya. Karena Zy merupakan salah satu murid berprestasi di LNS, maka tak sulit bagi dirinya untuk mendapatkan izin masuk ke kelas.

The Twin Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang