♥ Happy reading ♥
"Dari mana aja kamu?"
Suara halus namun bernada datar itu menginterupsi, membuat langkah si gadis berkuncir kuda terhenti sejenak. Ikat rambutnya sudah mengendur, baju seragamnya keluar dari rok, terlihat lusuh. Dia menghembuskan napas pelan.
"Bukan urusan Mama," jawabnya tanpa menoleh.
Ketukan heels yang beradu dengan lantai terdengar kian jelas, sepersekian detik kemudian bahu si gadis diputar paksa menghadapnya.
"Sudah berapa kali Mama bilang, kamu itu anak perempuan! Harus bisa menjaga penampilan, lihat penampilanmu sekarang! Udah kayak preman," ujar wanita cantik itu—Luna—pada putrinya. Perawakannya tinggi, berbadan ideal, berpenampilan modis. Rambut panjangnya digerai indah.
"Buat apa?" tanya si gadis menatap Mamanya. Sang Mama menatap dengan sorot tajam, tak suka perintahnya dipertanyakan.
Plak!
Kemudian satu tamparan mendarat hingga si gadis tertoleh, nyeri dan perih menjalar di area pipi, ini bukan pertama kalinya Mama melukainya secara fisik maupun mental. Namun, ia bisa apa? Melawan hanya akan memperparah keadaan.
"Dasar anak tidak tau diuntung! Kamu pikir ...."
"Sayang." Panggilan dari seorang pria berumur kontan membuat ucapan Mama berhenti, sepasang Ibu dan anak itu menoleh. Dalam hitungan detik, wajah penuh amarah tadi berubah menjadi senyum lembut. Membuat si gadis berdecih muak.
Dengan langkah bak model, Mama menghampiri pria itu, dan dengan tidak tahu malunya mereka bercumbu di hadapan gadis berusia 18 tahun tersebut.
"Lana benci Mama!" teriak gadis itu dengan dada bergemuruh. Kakinya berlari, menapaki satu persatu anak tangga dengan langkah cepat. Perih di pipi tak ia hiraukan.
Pintu kamar ditutup keras, tas sekolah dilempar ke sembarang arah. Kemudian tatapan Lana jatuh pada meja rias yang penuh dengan alat make up baru. Sudah pasti, Mama yang meletakkannya di sana. Tangan Lana mengepal kuat, lalu dalam sekali hentakan ia sapu isi meja dengan tangan hingga bunyi pecahan terdengar bersahutan.
"Haaaaarrgghhh!" berangnya dengan napas memburu.
Seolah belum cukup puas dengan pelampiasan amarahnya, Lana menjambak rambutnya sendiri hingga ikat rambut terlepas. Air mata yang sejak tadi ia tahan, luruh menganak sungai di pipi.
Baginya, perlakuan Mama lebih membuatnya sakit dibanding menyakiti diri sendiri. Lana bukan gadis bodoh yang tidak tau kalau Mamanya tengah mencoba mendidik dirinya agar mengikuti jejak sang Mama. Jejak yang akan mendapatkan tatapan hina dari orang-orang bila mereka mengetahuinya.
Bahu Lana bergetar, ia menangis pilu dalam heningnya kamar bercahaya minim. Hatinya sesak, bayangan sang Papa yang terkena serangan jantung setelah mengetahui kelakuan buruk Mama terlintas memenuhi benak Lana.
Kepalanya ia benamkan diantara lipatan tangan dengan lutut sebagai tumpuan. Lantai yang dingin tak lekas membuat Lana beranjak. Ada banyak hal yang Lana benci di dunia ini. Dia benci sisi dirinya yang ini. Dia benci menjadi anak Mama. Dia benci lahir dari rahim Mama. Dia benci lahir dari rahim seorang, pelacur.
⭐★★⭐
Pagi-pagi sekali suara teriakan sang ratu rumah sudah menggelegar nyaring. Padahal matahari baru saja menampakkan wujudnya, tapi teriakan sang Mami sudah seperti orang yang ketinggalan sahur.
![](https://img.wattpad.com/cover/360570802-288-k350191.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin Transmigration
Novela JuvenilKetika dua gadis kembar somplak harus bertransmigrasi ke tubuh kembar dingin. Sesil florasta dan Sisil florista namanya. Dua gadis kembar berusia 17 tahun yang kini tengah menempuh pendidikan di bangku SMA. Dua gadis dengan julukan duo bima ( dua bi...