♥ Happy reading ♥
Masih dengan penampilannya yang berantakan, Sesil terduduk di tengah kasur sembari memeluk lututnya. Tatapannya lurus ke depan, pandangannya kosong, matanya sembab. Bibirnya bergetar, sesekali digigit kuat.
Sesil tidak bodoh untuk tidak tau kalau bayangan yang terlintas di benaknya tadi adalah remaja laki-laki di foto itu. Lelaki itu, Kakak si kembar. Dan, siapa orang-orang yang memukuli remaja itu? Mereka terlalu kejam untuk disebut penjahat.
Air mata Sesil lagi-lagi terjun bebas tanpa bisa dicegah. Mimpi yang menghampirinya ketika dia pingsan teringat lagi. Di dalam mimpi itu, Za, si pemilik tubuh asli meminta tolong kepada Sesil untuk membalaskan dendam.
Tentu saja Sesil menolak. Balas dendam kali ini bukan dengan cara memasukkan si pelaku ke penjara, tapi dengan cara menghukum si pelaku lebih sadis dari apa yang Kakak Za dapatkan. Sesil bukan penjahat, bahkan untuk melukai hewan saja dia tidak tega. Lalu, bagaimana caranya dia bisa menyiksa sesama manusia?
"Gue harus gimana?" lirihnya bingung. Para pelaku itu kejam, bahkan dalam sesaat mampu membuat Sesil geram dan memiliki rasa untuk menghukum mereka. Tapi kembali lagi, Sesil tidak sejahat itu. Lagipula, itu kan dendam Za. Bukan dendamnya.
Menggelengkan kepala, Sesil menghapus kasar air matanya. "Nggak bisa! Cita-cita gue pengen jadi Dokter. Dan Dokter itu menyembuhkan, bukan menyakiti," ujar Sesil mantap. Ya, tidak seharusnya dia melukai seseorang hanya untuk membalaskan dendam orang lain.
Sesil beranjak dari ranjang, dia mencari informasi lebih banyak tentang si pemilik tubuh agar bisa memposisikan diri di keluarga ini.
Sementara di ruang sebelah, tepatnya di kamar Zy. Gadis itu sama berantakannya dengan Sesil. Sisil yang menempati raga Zy, memandangi sebuah figura dengan bola mata yang berkaca-kaca.
"Mereka jahat, kejam. Gue bakal bantu lo, Zy. Gue bakal balesin dendam lo yang bahkan belom kesampean," ujar Sisil penuh dendam.
Tangannya terkepal erat seolah dia sendiri yang memiliki dendam itu. Baginya, tak ada ampun untuk para pelaku yang berhasil lolos dari kejaran polisi. Mungkin saja mereka sekarang sedang tertawa di atas penderitaan Za dan Zy.
Meletakkan figura itu, Sisil segera meraih ponsel mahal yang tadi sempat ia charger. Meskipun di kehidupannya dulu dia tidak memiliki ponsel, tapi bukan berarti dia tak bisa mengoperasikan benda pipih itu.
Sisil cukup terkejut karena isi galeri hanya beberapa foto yang bisa dihitung dengan jari. Kemudian dia beralih pada aplikasi chat. Lagi-lagi dia terkejut karena kontak HP-nya tidak sampai 25.
"Gue bisa tebak kalo ni anak dingin dan pendiam." Sisil mengambil kesimpulan.
Sekali itu, Sisil menghembuskan napas lelah dan pasrah. Apa dia bisa memerankan sosok Zy? Manusia dingin dan pendiam. Sedangkan dirinya saja, manusia petakilan dan banyak tingkah. Sangat berbanding terbalik.
"Cita-cita gue pengen jadi pengusaha. Eh, malah disuruh jadi artis. Ck, untung nilai seni gue nggak jelek-jelek amat," gumamnya mencebikkan bibir.
Tak ingin memusingkan hal itu, Sisil memilih untuk membersihkan diri. Ketika matanya melihat almari, mata gadis itu menyipit. "Gue yakin, ni baju-bajunya pasti item semua. Persis kayak orang mau ngelayat," tebaknya.
Benar saja, isi almari itu adalah pakaian yang di dominasi warna monoton. Seperti hitam, abu-abu, putih. Itu-itu saja, ada beberapa warna lain, tapi tak banyak.
Setelah membersihkan diri, Sisil bercermin mematut diri. Tak henti-hentinya dia memuji si pemilik raga yang mempunyai kecantikan di atas rata-rata ini. "Namanya Zyana Khafia Reymond. Zyana artinya berkah dari surga," monolognya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin Transmigration
Teen FictionKetika dua gadis kembar somplak harus bertransmigrasi ke tubuh kembar dingin. Sesil florasta dan Sisil florista namanya. Dua gadis kembar berusia 17 tahun yang kini tengah menempuh pendidikan di bangku SMA. Dua gadis dengan julukan duo bima ( dua bi...