♥ Happy reading ♥
Aira bersiap mengadahkan kedua tangannya untuk membaca doa, namun hembusan napas ringan membuatnya mendongak. Gadis itu terpaku.
"B-bukannya Aira nabrak setan, ya? Kok setannya ganteng?"
Tak!
"Aduh!" Aira meringis, mengusap dahinya yang disentil lelaki di depannya. Buyar sudah acara terkesimanya.
"Bangun!" titah si lelaki mengulurkan tangan tanda memberi bantuan. Tanpa ragu Aira menerima bantuan itu. Mengusap roknya yang terkena debu setelah berdiri.
Seakan teringat sesuatu, mata Aira membesar. Spontan bersembunyi dibalik badan remaja jangkung di depannya seraya meringis ketakutan.
"Di-di sana ... ada tuyul! Putih-putih takuut ... Aira takuut."
Dahi Lanka mengernyit heran. Tuyul? Mana ada tuyul sore-sore begini? Sementara di seberang sana, si kembar tertawa kecil. Baru tau mereka kalau Aira sepenakut ini.
"Ekhem! Cieee, betah amat pelukannya," goda Zy tersenyum geli. Lucu melihat kedua sahabatnya bagaikan Teletubbies.
Johan yang sejak tadi menggumamkan yasin tanpa dibaca surah-nya sontak mengalihkan pandang. Begitu juga dengan Lana. Keduanya bersitatap, sampai akhirnya saling dorong dan menjauh.
"Hiiiiiiih! Ngapain lo peluk-peluk gue? Modus lo, ya?" tuding Lana melotot galak.
"Hih! Amit-amit!" balas Johan sengit.
"Udah, yuk masuk!" Ajak Zy kepada kedua temannya. Kemudian berteriak memberitahu Lanka. "KA, AIRA AJAKIN MASUK!"
Lanka buru-buru membalikkan badan, ia dapati gadis ini diam ketakutan sembari menutup wajah dengan kedua tangan.
"Mau diem di sini?" tanya Lanka dengan raut datar andalannya.
"Tapi, tuyul ...."
"Nggak ada tuyul. Buruan jalan!" kata Lanka berjalan terlebih dahulu. Terserah gadis itu mau ikut atau tidak. Bukan urusannya. "Dasar penakut," gumamnya memutar bola mata malasnya.
⭐★★⭐
"Y-ya, gimana nggak Aira kira tuyul! Orang yang ngasih bedak aja sampe ke telinga gitu," bela Aira pada dirinya sendiri. Bisa-bisanya dirinya ditertawakan oleh Johan yang padahal lelaki itu juga sama ketakutannya.
Benar, bayi di gendongan Za dandanannya memang persis seperti tuyul. Bedak yang dipakaikan tak tanggung-tanggung, satu muka penuh tepung putih itu.
"Iya, sih. Ini siapa, sih yang ngasih bedak? Bener-bener bukan ayah idaman," ceplos Za mencibir karya tangan seseorang yang nyaris tak pernah mengurusi anak kecil.
"Ini pasti ulah Gara kalo nggak Bang Farez," gumam Zy yang langsung mendapat anggukan setuju dari Za.
"Apa Gara-Gara? Ini tuh hasil tangan Darren, ya!" Gara datang sembari membawa beberapa botol minuman kemasan. Enak saja dirinya dituduh begitu, padahal ini semua kan ulah Darren. Dia yang mendandani bayi itu sampai menyerupai tuyul begini.
Si kembar mengalihkan tatapan pada lelaki yang berdehem singkat itu. Mungkin saja, itu caranya agar tidak terlalu malu.
"Udah-udah, lupain itu," tukas Zy mengalihkan atensi. "Gue mau ngenalin temen-temen gue sama kalian."
"Ini Johan." Zy menunjuk Johan yang tersenyum lebar. Kemudian berganti menunjuk Lana yang tersenyum kikuk. "Ini Lana."
"Sama ini Aira. Mereka bakal bantu kita buat cari ke delapan pelaku itu. Gue harap kita bisa kerjasama," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin Transmigration
Teen FictionKetika dua gadis kembar somplak harus bertransmigrasi ke tubuh kembar dingin. Sesil florasta dan Sisil florista namanya. Dua gadis kembar berusia 17 tahun yang kini tengah menempuh pendidikan di bangku SMA. Dua gadis dengan julukan duo bima ( dua bi...