T3 (11) : Reaksi Johan

1.7K 138 2
                                    

♥ Happy reading ♥

Ceroboh. Kata itu cukup mampu mendefinisikan tindakan Zy saat ini, atau mungkin kalau ada kata lain untuk mengungkapkan tindakannya, kata sembrono, dan tidak pikir-pikir juga cocok.

Tapi, memang manusia mana yang bisa lepas dari tindakan ceroboh? Bahkan mungkin orang paling jenius pun tidak mungkin tidak pernah ceroboh dalam hidupnya.

Mungkin Zy terlalu senang bisa bertemu teman yang sudah ia anggap sebagai Abangnya itu, sampai-sampai dia lupa kalau dirinya berada di raga yang berbeda.

Johan mengedarkan pandangannya kaku, kini dia benar-benar menjadi pusat perhatian karena mendapat pelukan dadakan dari si culun LNS.

"S-sorry ... lo ... siapa?" tanya Johan menjauhkan tubuh Zy dari dekapannya.

Alis Zy mengerut tak terima. "Ih, Jo. Lo nggak inget gue? Gue tu Sis ...."

Teman-teman Johan yang sejak tadi menguping semakin penasaran dengan kalimat si culun ini. Mata Zy mengedar, hampir saja dia keceplosan.

"Sini ikut!" Zy menarik tangan Johan menjauh dari lapangan. Sontak cuitan dari tim Johan tak terelakkan. Tapi, semua itu hanya angin lalu bagi Zy.

Sementara seorang pemuda yang menjabat sebagai kapten basket kini mengepalkan tangannya emosi. Entahlah, rasa amarahnya berkali-kali lipat dari biasanya.

"Culun sialan," desisnya nyaris tak terdengar.

Pandangan murid-murid di koridor mengikuti arah langkah kedua manusia berbeda gender itu. Dengan langkah cepat, Zy membawa Johan ke taman yang cukup sepi.

"Bentar! Lo siapa, sih?" tanya Johan melepaskan cekalan.

Sebelum berbicara, Zy melirik ke kanan-kiri memastikan tidak ada orang yang menguping. Setelahnya dia memandangi Johan yang lebih tinggi darinya itu.

"Ini gue ... Sisil!"

Jauh dari bayangan Zy yang mengira kalau Johan akan senang atau terharu, respon Johan malah tertawa kecil. Hal itu membuat alisnya mengerut.

"Kok lo ketawa?" tanya Zy. "Gue serius ... gue Sisil Florista! Temen lo Jo."

Johan semakin mengencangkan tawanya, lucu sekali. Jaman sekarang masih aja ada orang yang suka mengaku-ngaku. Remaja itu tertawa sampai memegangi perutnya.

"Hahahaha ... bentar, bentar. Ngakak dulu ... ahahaha ...."

Melihat respon itu Zy tersulut. "Johan Atala Kolor ijo!" teriak Zy yang langsung membungkam tawa Johan.

Tiba-tiba saja jantung Johan berdegup kencang, emosi menguasai. Tatapan nyalang ditunjukkan kepada gadis di depannya ini. Kemudian entah keberanian dari mana lelaki itu menarik kerah seragam Zy hingga gadis itu mendongak.

"Lo boleh ngaku-ngaku, tapi jangan pernah bawa-bawa nama Adek gue!" sentak Johan menggebu. Berani sekali ada yang orang mempermainkan nama temannya yang sudah berpulang.

Rasanya Zy ingin menangis kala mendengar sebutan Adik dari Johan. "Jo, gue serius. Cuman gue sama Sesil yang suka manggil lo kolor ijo."

The Twin Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang