T3 (1) : Si kembar

3.3K 187 6
                                    

Semoga kalian nggak bosen, karena Bab pertama ini sepanjang rel kereta api😭😭😭

Happy reading ♥


"Dan ini dia, peraih juara pertama dalam lomba tahunan antar sekolah tahun 2023. Selamat kepada SMA NUSANTARA!!!"

Riuh tepuk tangan menggema memenuhi tribun penonton, sorak sorai menjadi pelengkap akan kemenangan yang diraih oleh perwakilan sekolah SMA NUSANTARA. Di tengah panggung sana, tiga orang murid menerima sebuah piala dengan tersenyum lebar. Akhirnya, kerja keras mereka terbayarkan hari ini.

"Wuuuuuh, temen gue itu!"

"Nusantara terbaik!"

"Bangga bet gue prend!"

"Huaaaaaa! Nusantara the best!"

"Woy! Kembar! Di tunggu traktirannya nih!"

Suara suporter sahut-menyahut, diatas panggung sana, dua gadis kembar dengan seorang remaja laki-laki masih senantiasa menampakkan senyum bahagia mereka. Dan dengan pedenya si kembar melambaikan tangan layaknya model papan atas.

Sesil, si pintar dari jurusan IPA tersenyum lebar. Dia menunjuk salah satu teman sekelasnya. "Woy monyet! Sesuai janji, kolor lo gue jual!" serunya lantang yang langsung dihadiahi tawa orang-orang.

"Gue bantu, Sel. Ekhem ... ekhem ... DI JUAL, KOLOR IJO MILIK JOHAN!! BELI DUA GRATIS BURUNGNYA!!! PROMO——"

"ANJEEENG!!! SI KEMBAR TAI!!!" seru Johan berlari kalang kabut meninggalkan tempat itu. Malunya bukan main.

Semua orang tertawa terbahak-bahak melihat kepanikan Johan. Si kembar pun tertawa puas, jauh dari kata senyum kalem layaknya model papan atas beberapa menit yang lalu. Mereka tertawa sembari menabok satu sama lain.

Hingga Sisil kehilangan keseimbangan, dan berakhir nyusruk bersama pialanya.

Brugh!

"Waduh, bokong gueee!" Ringisnya sembari mengusap-usap bokongnya yang menghantam lantai panggung.

"Ya Allah, kembaran gue! Sini, sini, gue bantu!" Sesil langsung membantu Sisil berdiri. Kasian juga kembarannya ini, terkena tabokan maut darinya.

Kevin, remaja laki-laki yang berdiri di antara si kembar tersenyum kikuk. Malu. Dia menggelengkan kepala samar, tangannya melambai didepan dada. "Bukan partner saya, nggak kenal," katanya sudah panas dingin. Mereka ini masih di atas panggung loh. Bisa-bisanya.

Pak Beni, guru yang tadi mengantar mereka bertiga lomba mati-matian menahan malu. Semakin malu saat MC yang tadi mengumumkan kemenangan sekolah mereka menatapnya sembari tersenyum simpul. "E-e ... bukan murid saya itu, sebentar lagi di DO."

⭐★★⭐

"Ini, uang hadiah dari lomba kalian," kata Pak Beni menyodorkan amplop putih berisi lembaran uang merah pada si kembar.

Sisil menerimanya dengan senang hati, lagipula siapa yang tidak senang jika diberi uang halal. Gadis itu mengintip isinya. Kemudian menoleh saat Sesil bertanya, "tebel?"

"Tebel," jawabnya berbisik.

"Makasih, Pak guru. Haduuh, senangnya punya otak cemerlang," ujar Sisil tersenyum kalem.

Pak Beni menggeleng pelan, sudah biasa dengan sikap si kembar ini. "Kalian ini, ya. Bikin pusiiiing aja kerajaannya. Untung pinter," ucapnya seraya mengelus dada sabar.

"Emang harus gitu, Pak. Semuanya harus seimbang, nakal boleh tapi harus pinter juga dong. Nakal boleh tapi jangan tinggalin kewajiban juga. Karena hidup ini minimal harus ada yang bisa di banggain, Pak," tutur Sesil menyuarakan pendapatnya. Itulah alasan mengapa meskipun mereka nakal, mereka tetap ingat kewajiban, ingat belajar.

The Twin Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang