Sudah enam tahun yang lalu, kini Shaka dan zhaika sudah menduduki kelas delapan.
Kedua nya sekolah di sekolah yang berbeda, Shaka bersekolah di pesantren luar daerah nya, sementara zhaika bersekolah di Mts yang ada di dekat rumah nya, di karena kan billa tak sanggup jauh dari zhaika.
"Assalamualaikum umma, zhai pulang" salam nya dari ambang pintu.
"Waalaikumussalam sayang, ayo makan dulu umma sudah masak makanan kesukaan kamu" jawab billa sembari membawa sepiring makanan."Abba belum pulang umma?"
"Belum, abba bilang ia akan ke pondok siang ini, kata nya ingin menjenguk Shaka" jelas billa.
"Abba, kok gak bilang ya, padahal zhai ingin ikut dengan abba"
"Sudah makan saja, ngapain ikut abba"
"Ya, zhai ingin jenguk bang Shaka"
"Kamu tidak boleh dekat-dekat dengan dia zhai, dari dulu umma sudah bilang"
"Umma, kenapa sih sudah beberapa tahun yang lalu umma kejadian itu, kenapa Umma selalu saja mengingat itu, lagi pula aku gak kenapa-kenapa, ini bukan salah bang Shaka, kenapa sih umma gak ngerti " nada ucapan zhai cukup besar, lalu ia pergi meninggalkan ibu nya.
"Zhaika, sudah berani kamu sekarang berbicara dengan nada besar seperti itu dengan umma ya" teriak billa.
Zhaika tidak menghiraukan perkataan ibunya, ia berlari ke arah kamar nya.
Melihat beberapa foto yang terpajang di dinding kamar nya, itu adalah foto keluarga nya, sangat harmonis jauh sebelum ini semua terjadi. Padahal sudah beberapa tahun yang lalu, tapi mengapa ibunya masih bersikap seperti itu kepada saudara kandung nya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam mas"
"Zhaika udah pulang?"
"Udah mas, dia lagi di kamar"
"Muka kamu kok seperti marah, kamu kenapa?"
"Gak apa-apa mas, zhaika tadi ngomong sama aku dengan nada besar " adu billa kepada suaminya itu.
"Berani-beraninya, zhaika berbicara seperti itu dengan kamu" Halim melangkah kan kaki nya menuju kamar milik zhaika.
"Mas, sudah lah dia masih anak kecil"
Halim tak mempedulikan ucapan istrinya itu.
"Zhaika"
"Iya abba"
Plak!!
Satu tamparan melayang di pipi halus milik zhaika.
"Mas" teriak billa.
"Abba, kenapa tampar zhai?" Tanya zhaika sebelah tangan nya memegang pipinya, terasa sakit dan panas.
"Kenapa kamu berbicara dengan nada besar terhadap umma?"
Memang pantang untuk halim jika anak nya, berbicara dengan nada besar kepada orang tua, terutama kepada ibu. Halim memang sangat melindungi wanita, ia tidak suka jika ada laki-laki yang berani membentak atau pun berbicara dengan nada kasar dengan perempuan.
"Tapi abba, itu bukan kesalahan zhai" terang nya.
"Lalu kesalahan siapa?"
"Awal nya, zhai menanya kan abba, lalu umma bilang abba pergi ke pondok, menjenguk bang Shaka. zhai ingin ikut, karna zhai ingin menjenguk bang Shaka, lalu umma melarang zhai untuk berhubungan dengan bang Shaka, karna zhai kesal, zhai tidak sengaja berbicara dengan nada yang besar" jelas zhai dengan rinci.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIBATAN MIN ALLAH (Selesai)- REVISI
Teen Fiction"assalamualaikum Billa, ini saya halim Maaf sebelumnya Billa saya tidak bisa Menepati janji saya untuk menikahi mu Saya sudah di jodoh kan oleh orang tua Saya, maaf jika nanti kamu melihat pesan Ini kamu akan sakit hati, saya minta maaf Sebesar-besa...