iya maaf aku ngaret 1 hari ehehheh. Mian kawan luv yu
and HAPPY READING!!!
***
Jam 3 sore akhirnya datang, Farel keluar dari perkarangan sekolahnya berhubung sekolah Farel yang sekarang dekat dengan rumahnya, sekarang ia harus pulang tanpa kendaraan ataupun dijemput alias jalan kaki. Farel sudah mendapatkan beberapa teman di sekolah baru tapi sayangnya tidak ada yang rumahnya sejalan dengan Farel.
Di jalan Farel melihat perempuan yang tidak asing dimata Farel, itu seperti Mara dan disebelah nya ada lelaki seusia anak kuliahan. Farel dengan jiwa penasarannya pun sedikit mendekati untuk melihat wajah lelaki itu
siapa jir? Cowok baru nya? Batin Farel
Jujur Farel masih penasaran dengan lelaki di sebelah mantan pacarnya itu, tapi adzan ashar sudah terlebih dahulu berkumandang jadi Farel mengurungkan niatnya untuk melihat lebih dekat lelaki itu dan berjalan ke arah rumahnya. Ketika hendak membalikan badan menuju arah rumah ada tangan yang menepuk bahu Farel.
"OY" sapa Kajey sebagai oknum yang menepuk Farel tadi.
"Masuk mana lu sekarang? Anin di Adijaya noh nungguin lo" lanjut Kajey yang diiringi dengan nada candaannya yang garing di kuping Farel.
"SMANSA, ayah gua yang nyuruh"
(SMANSA = SMA Negeri 1)
"Anjay anak negri sekarang nih, makanya jan pinter pinter bro"
"Dari pada jadi anak fomo mending jadi anak pinter" sindir Farel pada Kajey yang masuk Al-Azhar karna mau terlihat seperti orang orang lain. Setaleh itu Farel langsung belok ke arah gang kecil yang bisa nembus ke arah rumahnya agar tidak jalan bersama Kajey.
Sampai rumah Farel tidak langsung masuk ke kamarnya, ia memilih bergeletak di ruang tamu sambil menguasai kipas angin di sana. Diana yang mendengar pintu rumah nya terbuka langsung melihat siapa yang masuk. Mengetahui Farel yang membuka pintu, Diana pun duduk di sofa ruang tamu untuk sekedar menemani Farel sambil melihat ke arah ponselnya. "Anin masuk SMA Adijaya ya bang?" tanya Diana tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel
"Mama tau dari mana emangnya?"
"Ini lohh, di swnya Anin" ucap Diana sambil menunjukan hal yang ia maksud.
Jadi selama ini Anin ga beneran blok nomor Mama? Batin Farel
Farel hanya menjawabnya dengan anggukan. Banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala Farel, mulai dari lelaki yang bersama Mara, pernyataan bahwa Anin tidak memblok nomor ibunya sampai mengapa dirinya malah memikirkan kedua orang itu. Merasa sudah mumet dengan isi pikirannya Farel pergi ke arah kamarnya dan mandi.
***
MPLS Day-2
Anin melangkahkan kakinya dengan lemas memasuki area sekolahnya untuk kedua kalinya. Tak lupa headphone yang tak pernah absen menggelantung di lehernya. Menurut jadwal hari ini akan ada penampilan yel yel, beberapa game dan mengumpulkan tanda tangan anggota OSIS dan guru.
Dalam penampilan yel yel Anin hanya mengambil bagian vafor nya saja diawal. Jujur saja cuaca di Jakarta rasanya sangat panas entah itu hanya pendapat Anin atau memang panas. Anin duduk di meja yang sama dengan kemarin, dibagian belakang dekat jendela dan AC.
Anin melihat ke arah jam dinding di kelasnya. Masih ada waktu untuk Anin melanjutkan mimpinya, namun baru saja ingin menaruh kepalanya di meja jendela yang berada tepat di samping Anin di ketuk oleh Sera yang menggode dirinya untuk keluar kelas. Lagi lagi Anin melangkah kan kakinya yangg malas itu keluar.
"Kamu kok lemes banget kaya nya?"
"Emang settingan awalnya gini"
"Udah makan?"
"Udeh"
Ngomong sama temen berasa ngomong ama asisten gugel batin Sera
"Anin, besok kan ada demos kamu nanti mau masuk ekskul apa?" tanya Sera untuk sekedar basa basi mencari topik pembicaraan pada teman barunya ini.
"Paskib-" omongan Anin terpotong karna bel di SMA Brawijaya yang sangat kencang menusuk indra pendengaran.
KRRIIINNGGGG "Masuk KBM jam pertama, untuk semua kelas 10 silahkan menuju ke lapangan semua"
Sementara Satria yang sudah di lapangan kelimpungan karna sudah jam segini pun Aga belum datang, bahkan chat chat Satria tidak di balas "Temen lu kemana sat? Ga masuk?" tanya teman satu gugus Satria, Nathan.
"Iye kek nye"
Setelah semua gugus menampilkan yel yel nya masing masing dan bermain beberapa games, sekarang waktunya semua siswa kelas 10 mengumpulkan tanda tangan lalu bagi siswa siswi yang mengumpulkan paling cepat akan mendapatkan hadiah. Tentu saja Anin lumayan tergiur jika sudah ada hadiah walaupun hadiahnya mungkin sekedar buku atau snack tapi Anin lumayan bertekat untuk mendapatkan hadiah.
Sama dengan Anin, Satria juga ingin memenangkannya tapi hanya untuk sekedar tebar pesona saja pada anak anak Brawijaya, soal mengumpulkan tanda tangan Satria hanya meminta joki pada saudaranya yang seorang kaka kelas dengan imbalan 1 album korea saja.
Waktu yang diberikan tidak banyak, hanya sampai adzan zhuhur. Anin dengan cepat mengambil buku yang diberikan oleh kaka OSIS untuk mengumpul tanda tangan, Anin yang melihat kakak OSIS yang sudah dikerubuti siswa lain, memilih meminta tanda tangan guru yang ada diruang guru terlebih dahulu yang tidak terlalu banyak guru.
"Assalamualaikum" ucap Anin saat membuka pintu ruang guru walaupun tidak ada yang menjawab atau mungkin mereka tidak dengar. Anin sudah mendapat beberapa spoiler nama guru dan wajah nya lewat ordal alias Sasa jadi tidak terlalu susah untuk memintanya yang susah itu guru yang Anin tidak tau namanya.
Bermodalkan keberanian, Anin mendekati guru yang ia tidak tahu namanya "Eeeum permisi Bu, Saya boleh tahu nama Ibu? Saya mau minta tanda tangan" tak lupa Anin mengeluarkan senyum memelasnya.
"Boleh, nama Ibu Tika, guru bahasa Indonesia kelas 10. Salam kenal yaa. Sini buku nya ibu tanda tangan" jawab guru tersebut.
Ramah juga batin Anin.
Guru yang bernama Bu Tika itu menandatangani buku Anin "Kamu namanya siapa? Dari SMP Garuda ya, anak ibu soalnya seragamnya juga gini"
"Iya bener saya dari SMP Garuda, nama saya Sanindya Alenskie Pradipta" Bu Tika langsung terdiam mendengar nama belakang Anin, siapa yang tidak kaget mengetahui anak donatur dari SMA Adijaya? Semua guru disini tentu mengenal siapa Syailendra Pradipta dan tentu anak dari Lendra mendapat privilege walaupun Lendra sudah menyuruhnya untuk bersikap biasa saja kepada anak anaknya.
Bu Tika mengembalikan buku Anin ke sang empu sambil memberikan secarik kertas yang menuliskan ciri ciri guru disini beserta namanya, Anin tersenyum melihat hal itu lalu langsung mengucapkan terimakasih pada Bu Tika. Berkat secarik kertas itu Anin dapat menyelesaikan tanda tangan guru dengan cepat dan sekarang waktunya menyiapkan diri berpanas panas kembali karna semua anggota OSIS itu menyebar di seluruh lapangan.
Bertepatan dengan Anin keluar dari ruang guru, murid murid yang lain mulai berbondong bondong menuju ruang guru. Anin melihat wajah murid murid lain berusaha mencari keberadaan Sera yang iya tinggalkan tadi. Sambil meminta tanda tangan Anin tetap mencari Sera.
Tinggal satu anak OSIS yang harus Anin minta tanda tangan sehabis itu ia tinggal meminta tanda tangan kepsek, dengan begitu Anin bisa mendapatkan hadiah. Dengan keringat yang bercucuran Anin menghampiri anak OSIS itu yang letaknya berada paling ujung "Permisi kak, aku boleh minta tangan?
"Kamu Anin ya?" tanya anak OSIS itu sambil menandatangani buku Anin.
"iya, kok Kakak tau?"
***
Cie gantung awoaokwoakj, luv yu lagi buat kaliann <3<3
Ini jugaa chapter yang ga ada chat cht nya yeah gaishh alhamdulillah ceunah, btw kelen mending ada chat cht ny gitu or not?
jnlup vote seeeengggg
KAMU SEDANG MEMBACA
SATYA || on going
Teen Fiction"Kak" panggil Anin pada Sasa yang sedang main game di komputer milik Anin sedangkan sang empu hanya tiduran di ranjang sambil menyetel lagu di speaker bluetooth. "Hm" "Menurut Kakak Aga masuk SMA mana?" "Biasanya anak Dharmawangsa masuk SMA kakak...