Kereta Majapahit || 28

24 2 0
                                    

lOnG TimE No SeE anjy wkwkkwwk mohon maaf atas keterlambatan update kawannn kawannn

and HAPPY READING

***

"Oh yaudah" sela Anin, lalu si bungsu Pradipta itu langsung memasuki mobil yang menjemputnya tanpa sekedar mengucapkan selamat tinggal pada Farel. Mobil Anin melaju melewati Farel yang masih menatap mobil yang membawa Anin mulai menjauh.

Berbeda dengan kenyataan dan tanggapan yang Anin berikan pada Farel yang terkesan tidak peduli. Kini perempuan itu meneteskan air matanya dengan wajah datar, entah Anin pun bingung dengan perasaan. Sejujurnya Anin tidak rela Farel meninggalkan Jakarta, walaupun Anin bisa mendatangi Farel namun rasanya sangat jauh. Hati Anin berkata untuk kembali menghampiri Farel dan mengucapkan selamat tinggal juga hati hati tetapi pikiran Anin mengambil alih untuk tidak melakukan hal itu. Pikiran Anin terus mengingatkan untuk tetap tidak memperdulikan lagi lelaki yang mempunyai eye smile.

Anin memejamkan matanya untuk membendung air mata yang kian mulai deras. Dirinya sungguh sangat lemah jika sudah menyangkut perihal cinta. Anin memang tidak mengucapkan selamat tinggal dan kata hati hati dijalan secara langsung namun hatinya memanjatkan doa agar lelaki pintar itu selalu sehat dan sampai di kampung halamannya dengan selamat.

"Let's meet again Onell, I will miss you"

***

"Assalamualaikum UMIII AA DAH BALIK!" ucap Satria begitu membuka pintu besar yang menjadi pintu utama dari rumahnya. Seperti biasanya Satria tidak langsung menuju kamarnya namun pergi menuju dapur untuk mengambil cemilan dan meminta sang Umi untuk membuatkan es kopi.

Satria melangkah menuju dapur tanpa ragu sambil membuka baju yang bekas dirinya pakai latihan tadi dan hanya menyisakan kaus dalam nya tanpa lengan itu, berharap Yanna ada di daerah kekuasaannya. "Umi, Aa mau es" ucap Satria tanpa melihat siapa perempuan yang sedang berada didapur karena dirinya sedang menaruh pakaian kotornya.

Begitu Satria membalikkan badannya, Sera menatap Satria dengan tatapan polos. "ANJ- ASTAGFIRULLAH, ngapain lo dirumah gue jir" reflek Satria menutupi badan bagusnya yang hanya dilapisi kaus tanpa lengan yang lumayan mengetat dengan kedua tangan.

"Aku abis bantuin Umi Yanna buat kue, nih Aa mau coba? Enak tau" ucap Sera dengan nada yang sedikit meledek Satria. Sera pun benar benar mengambilkan satu potong kue brownies lalu berhendak menghampiri Satria.

"Et et et diem disitu, gue ngambil baju dulu di atas lo tunggu di meja makan aje" Satria langsung pergii dengan cepat menaiki tangga di rumah untuk menuju kamar.

Satria membuka lebar lemarinya memilih baju mana yang paling bagus untuk dirumah. Hampir setengah isi lemari bagian kaus kaus rumahan sudah berada di luar lemari. Sampai akhirnya pilihan Satria jatuh kepada sweater tipis berwarna biru dongker. Setelah keramas Satria langsung keluar dari kamar sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk kecil.

"Maap ye kalo lama" ucap Satria.

Sera mengangguk dengan senyuman manis yang bisa saja membuat lawan bicaranya seperti orang gila. Kemudian Sera mengambil es kopi yang tadi Yanna minta tolong buatkan untuk Satria "Nih, maaf ya kalo kurang manis"

"it's okay, because you're sweet enough to me"

"UMIII ANAKNYA MULUT BUAYA" teriak Sera yang sia sia karena yang mendengar hal itu hanya Satria sedangkan Yanna berada dilantai 2.

Satria tersenyum kemudian tangannya bergerak mengambil brownies hasil buatan sang Umi dan calon istrinya nanti (insyallah). "Gimana??? Enak gaakk?" tanya Sera.

SATYA || on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang