Aga || 29

20 2 1
                                    

HAIIIIII wwrwrwrrwr rasanya lama bangettt ga megang cerita ini, maaf yahh skrng sudah tidak teratur up nyah karena sedang di mabuk oleh tugas dan hilangnya keberadaan wifi dari jangkauan saya mohon maaf yang sebesar besarnya para ridersss

and HAPPY READING!!!

***

Aga mengerutkan dahinya membaca siapa seseorang yang ia rasa tak di undang itu. "Sanindya??" lirih Aga.

Tak lama seseorang yang baru memasuki zoom itu pun membuka kameranya "Maaff Ser baru baca cha-" ucapan Anin terhenti ketika melihat wajah Aga.

Satria dan Sera yang menjadi dalang utama dalam rencana untuk mempersatukan Aga dan Anin pun tersenyum senang ketika kedua targetnya benar benar memasuki kandang. Film yang tadinya menarik bagi Aga kini teralihkan. Jari jarinya sibuk mengirimi chat kepada Satria yang walaupun hasilnya nihil karena Satria terus menonton tanpa membuka ponselnya.

Aga pun mematikan kamera laptopnya juga. Dirinya yakin sekali ini bukanlah kebetulan pasti hal ini terjadi karena sudah di rencanakan. "Jir kena tipu gue, Satria sialan" bodohnya Aga bukannya kesal namun kini malah tersenyum senyum seperti orang gila.

Anin pun diam diam tersenyum tipis melihat Aga entah sang empu sadar atau tidak, Anin tak peduli. Pikiran Anin hanya berpikir bahwa kesempatan ini mungkin tak datang dua kali. Aga tampak sangat tampan bagi Anin bagai pangeran tanpa kuda walau hanya sedikit cahaya yang menyinari wajah Aga. "Nin lo nonton film apa ngeliatin si Aga, ampe kagak ngedip" celetuk Sera sambil membetulkan masker wajahnya.

"Eh... e-engga, g-gue nonton kok"

"Alah sa ae ngibulnye bo'ol sapi, orang filmnya lagi yang gada momen salting salting" sahut Satria

***

Prangg

Samar suara pecahan jendela terdengar sampai kamar Anin bersamaan dengan listrik rumah yang padam. Anin pun keluar mengecek apa yang terjadi dengan senter ponsel ditangan. Semua jendela di rumah Anin memang tak menggunakan tralis kecuali bagian kamar kamar dan ruangan kerja Lendra. Anin berjalan secara perlahan menuruni anak tangga satu persatu tanpa meninggalkan suara. Dengan ponsel yang masih tersambung pada Zoom tanpa volume intinya Anin hanya mematikan ponselnya. Keadaan rumah sangat gelap, Anin melangkahkan kakinya untuk menaikan listrik. Tanpa ada niatan pergi mengecek hal apa yang pecah setelah menyalakan listrik rumah "Orang gabut mana lagi yang malem malem matiin listrik" gerutu Anin sambil menaiki tetangga.

Merasa sudah mengantuk sesampainya di kamar Anin langsung melempar tubuhnya ke surga kapuk itu.

Tanpa Anin tau seseorang telah berhasil memasuki kediaman Pradipta. Anin tak merasa risau karena banyak satpam rumahnya yang sengaja Lendra suruh berjaga di luar sebelum kedua pasangan suami istri itu pergi menuju rumah nenek. Orang yang baru saja menyeludup berbadan seperti lelaki dengan setelan serba hitam pergi menuju lantai dua. Secara perlahan membuka pintu kamar Anin yang tidak terkunci tanpa suara sedikitpun.

Namun sepertinya takdir berkata lain, Anin terbangun dan langsung menangkap belati yang lelaki berpakaian serba hitam pegang tepat sebelum menikamnya. Anin tersenyum sarkas "Siapa lagi kali ini? Anak Sequoia lagi?" ucap Anin. Darah dari tangan Anin mulai berkucuran keluar.

Lelaki itu berusaha menarik kembali belatinya saat Anin mulai merenggangkan tangannya. Berhasil menarik kembali, lelaki itu mundur beberapa langkah kebelakang lalu melempari Anin dengan benda apa pun yang bisa ia raih "Lo ga perlu tau" ujarnya.

"Waww gue kenal suara ini, Wihaga? Lo dateng lagi, hei ayolah kalo dateng tu baik baik jan kek gini mang gue pernah apain lu jir" ucap Anin yang berusaha membawa santai.

SATYA || on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang