Matahari Bulan || 41

7 1 0
                                    

EEEEeeeee maap ya gais baru bisa up maklum abis lomba ehehehhehe lopyu oll

and HAPPY READING!!!!!

***

Sudah terhitung kurang lebih satu tahun Anin tidak menginjakan kaki di markas Greilacks yang hampir sebesar rumahnya. Anin diminta atau lebih tepatnya dipaksa untuk pasif dari kegiatan apapun yang menyangkut Greilacks namun kini dirinya disuruh oleh orang kepercayaan Lendra untuk bertemu di markas.

Banyak mata yang memandang saat sang bungsu Pradipta membuka pintu. Bahkan ada beberapa anak tim Anin yang sedang berkumpul, terlihat mata mereka semua berbinar melihat sang ketua tim datang ke markas, berharap Anin kembali aktif di greilacks "Aninn!!" panggil Gauri.

Sontak 'tangan kanan' Anin itu menerjang tubuh Anin dengan pelukan "Guee kangenn banget anjir sama lo, sumpahhh seneng banget. Lo udah aktif lagi kaaannn???" ucap Gauri tanpa melepas pelukannya.

Anin membalas pelukan Gauri "Gue juga kangen lo sama yang lain" ujar Anin sambil tersenyum kepada anggota tim nya yang lain.

Tak banyak yang berubah dalam setahun tak bertemu dan tak berhubungan, semua anggota tim nya masih sama dan lengkap. Hanya kini penampilan mereka lebih terlihat sedikit dewasa saja.

"Lo balik Nin?" tanya Jala singkat.

"Iya lo kesini buat ketemu Tuan Yail kan?" beo Jefri dengan antusias.

Tuan Yail adalah panggilan untuk Lendra ketika di Greilacks. Nama samaran yang sudah lama dipakai Lendra selama bertahun tahun.

Anin menggeleng "Engga tau juga ni, tapi emang ada orang nya disini?" tanya balik Anin pada teman temanya.

"Ada tadi mampir bentaran, tapi kayaknya udah balik ke kantor" jawab Jala.

"Ouuhh yaudah tar lagi kalo mau ngobrol, gue disuruh kesini sama Bang Aska soalnya. Gue duluan ya" pamit sang bungsu Pradipta

Kemudian perempuan dengan surai panjang itu pergi ke lantai dua dimana ruangan Alaska berada. Sampai di depan pintu Anin tak langsung membuka begitu saja walau sudah akrab dengan Alaska namun tetap saja wajah dingin Alaska bisa membuat nyali Anin menciut. Setelah menyiapkan mental, batin dan juga keberanian akhirnya Anin mengetuk pintu tersebut.

Tok tok tok

Anin secara perlahan membuka pintu tersebut dengan hati hati. Suasana pun kini berbeda karena melihat wajah Alaska yang sedang sibuk dengan kertas di meja ditambah interior ruangan Alaska berbeda dengan interior markas yang berkesan old money. Ruangan milik Alaska bernuansa putih cerah dan modern.

Alaska mengalihkan perhatiannya begitu Anin masuk "Sini duduk dulu Nin, kamu mau minum apa?" tanya Alaska dengan ramah.

Sungguh berbeda saat ia sedang berkerja tadi, aura dingin itu kini berubah dengan sikap ramah nya "Gausah dah Bang, tadi Anin baru beli es" ujar Anin yang sesuai dengan kenyataan.

Alaska mengangguk "Tunggu sebentar ya" kemudian lelaki itu terlihat pergi ke meja kerjanya kembali untuk mencari sesuatu.

"Bang Aska ngapain manggil aku?" tanya Anin di sela sela Alaska mencari barang di laci laci.

"Emang kenapa kalo saya panggil? Kamu takut?"

"Iya, tadi aja sebelum masuk aja aku menyiapkan diri dulu. Karena Bang Aska adalah cowok paling cool seduniaaa. Kalo kata Gauri dingin namun tidak kejam"

"Apalahh anak kecil ini. Nih tangkep" ucap Alaska yang melemparkan sesuatu pada Anin secara mendadak.

Dengan reflek yang bagus Anin berhasil menangkap benda tersebut dengan tepat. Sebuah kartu, benda yang baru dilemparkan Alaska. Kartu dengan tulisan merk mobil listrik yang terkenal di tengah. Anin menatap Alaska dengan tatapan bingung.

SATYA || on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang