Basket || 16

39 6 0
                                    

Mueehehheh aku dabel apdettt nih kapan lagiiii uhuyyy ayu guis jgn lupa tap tap bintangnya.

and HAPPY READING

***

Kemudian gadis itu menuju kamar mandi untuk mandi dan berangkat bersama Sakti. Sampai di sekolah, Sera berjalan menuju kelasnya sambil memanjatkan doa agar Sakti tidak memberitahu Anin tentang dirinya, bisa lebih seram lagi jika Anin yang maju nantinya.

Sera pun sampai didepan pintu kelasnya. Sepertinya kehokian Sera tidak terpakai untuk sekarang ini, Anin sudah ada di meja nya dan menatap dirinya sekarang dengan tatap tajam seolah sudah menunggu kedatangan nya. Sekarang tangan Sera menjadi dingin seketika.

Sera memberanikan dirinya untuk malangkahkan kaki menuju mejanya. Tepat Sera mendaratkan bokongnya di kursi Anin langsung menghadap ke arah Sera. "Jelasin kenapa lo baru balik sore?"

"Satria ya yang bilang ke lo?" ucap Sera dengan lirih.

"Jangan balik nanya kalo orang nanya, jawab pertanyaan gue dulu" jawab Anin dengan nada bicaranya yang menjadi seikit dingin.

Astagaa kenapa gue di lingkarin sama orang yang nyeremin gini sihh batin Sera

"Jadi pas kemaren lo balik duluan, gue niatnya mau balik entaran aja karna di rumah ga ada orang sekalian numpang wifi sekolah. Tapi pas gue ke toilet buat cuci tangan, dateng kakel segerombolan terus yaa..." ucap Sera

"Jangan bilang..." ucap Anin yang sudah mengerti ending yang Sera dapatkan saat itu.

Sera mengangguk kepalanya dengan lemas.

"Siapa? lo liat nametag salah satu dari mereka?"

"Liat, tapi udah lahh nin gausah diperpanjang aduhh, gue gapapa kok"

"Gapapa apa nya?!" Anin pun memegang lengan Sera yang terpampang jelas ada lebam disana dan tidak sampai situ saja Anin jug mengeraskan peganganya yang pas sekali dengan lebam Sera.

"Akkh anjing kau nin, malah di pencet. Sakit tau" gerutu Sera sambil mengusap usap lengannya.

"Cepetan spill atau gue ga bakal mau nyapa lo sebulan" ancam si bungsu Pradipta itu pada Serana.

"Ck, maennya anceman mulu sama kayak Satria"

"Lama, Satu, Du-"

"P-putri Ayu Arabella!" ucap Sera dengan spontan

Setalah Sera mengatakan itu pun bel sekolah berbunyi, menandakan di mulainya KBM jam pertama. Siangnya saat semua murid muslim melaksaakan kewajiban untuk menunaikan solat sementara Anin pergi menuju pos satpam untuk mengambil bekal kiriman dari Yolanda. Anin sedang halangan maka dari itu dirinya tidak sholat.

"Pak, ada kiriman atas nama Sanindya gaa?" tanya Anin begitu melihat satpam sekolahnya yang duduk di samping pos.

"Bentar ya neng, bapak liat dulu" ujar Satpam itu lalu pergi kedalam pos untuk mencari kiriman yang Anin pinta.

Anin yang menunggu di luar pun mengedarkan pandangannya pada sekitaran pos satpam, yang lalu tatapanya berhenti pada tempat parkiran motor.

"B 1317 MGY" lirih Anin.

"Ni neng ada titapannya" ucap Pak satpam sambil memberikan paperbag berisi makanan yang di pesan Yolanda untuk Anin.

Anin pun langsung mengambil paperbag itu "Eh iya pak, makasih pak" kemudian Anin pergi kembali menuju kelasnya.

drrttt drtttt

Ponsel Anin berdering menampakkan nama Gauri sebagai penelpon. Anin pun menganggkat telpon dari tangan kanan-nya itu.

"Halo"

"Tudep"

"Gua dah dapet inpo tentang si 1317 MGY, besok dateng ke markas"

"Gabisa kirimin aja sekarang?"

"Gak, dah lama ni kita ga ngumpul, Lu ga rindu gue ape"

"Gak dong tentunya, besok gue dateng infoin jam aja"

"Sip"

***

KRIINGGGG

Bel yang menandakan saatnya pulang pun mengeluarkan suaranya. Para siswa dan siswi SMA Negeri 1 Jakarta menyambutnya dengan antusias tapi tidak dengan Farel yang keluar dari kelas dengan muka lesuhnya. Farel kecewa dengan hasil nilai MTK nya yang hanya mendapat nilai 88 saat ulangan harian kemarin.

Dengan langkah putus asanya, Farel berjalan menuju luar sekolah. Hari ini dirinya tidak membawa vespa dikarenakan vespa kesayangannya itu di pinjam oleh saudaranya dan sampai sekarang belum kembali alhasil Farel berjalan kaki.

Farel yang masih kesal pada nilai ulangan hariannya itu pun mengurungkan niatnya untuk pulang ke rumah cepat. Farel pergi ke lapangan basket yang tidak jauh dari rumahnya.

Setelah sampai Farel langsung mengeluarkan bola basketnya dari tasnya dan mulai mendribel bola berwarna oranye itu di lapangan. Farel membayangkan bagaimana jika dirinya kembali ke rumah dengan nilai pas pas an baginya itu lalu Hartawan melihat kertas itu, bisa bisa Farel akan mendengarkan ceramah 7 malam 7 hari dari sang Ayah yang memang dikenal orang yang mementingkan nilai.

Keluarga Farel atau lebih tepatnya Hartawan sangat teliti terhadap nilai Farel. Hartawan selalu mengajarkan anak anaknya untuk tidak menyia nyiakan masa sekolah ini dengan kenakalan karna Hartawan tidak mau anaknya menjadi seorang pengangguran seperti adiknya yang hanya mendapatkan penghasilan dari hasil menjual akun game.

"Ahhh, hampir aja" keluh Farel yang tadi mencoba shooting bola basketnya, yang hampir masuk kedalam ring.

Tidak lama dari itu suara motor datang dan langsung memarkirkan motornya di pinggir lapangan basket, Farel tentu langsung memperhatikan kedatangan seseorang yang memakai helm fullface itu. Dari yang Farel liat, postur tubuh orang itu seperti lelaki.

Orang itu pun membuka helmnya dan menghampiri Farel yang sejak tadi memperhatikannya dengan bola basket di tangannya "Boleh gabung?"

"Kenapa gak?" jawab Farel dengan santai pada lawan bicara yang lebih tinggi darinya itu.

"Kenalan dulu lah, gue Aga" ucap Aga sambil memberikan tangannya untuk meminta berjabat tangan dengan Farel.

Farel dengan senang hati menjabat tangan Aga "Gua Farel"

Setelah sesi berkenalan singkat itu, keduanya langsung bermain satu lawan satu dengan bola basket milk Farel. 2 lelaki itu bermain dengan kemampuan yang imbang, sehingga susah untuk Farel memenangkan pertandingan ini di tambah postur badan Aga yang tinggi itu.

Aga sama susahnya melawan Farel yang bergerak lebih gesit darinya. Bagaimana tidak susah, Farel yang memang notabene anak basket bermain dengan dirinya yang hanya berbekalan ilmu dari ayahnya dahulu.

"Shooottt, YESSSS" ucap Farel pada bola basketnya yang berhasil masuk kedalam ring dari jarak jauh. Aga cukup kagum dengan kemampuan Farel yang bisa dibilang proplayer itu.

Aga bertepuk tangan sebagai apresiasi pada Farel "Atlet ye lo, jago bener gilak" puji Aga sambil berjalan menuju bangku didekat lapangan.

Kedua pemuda itu meneguk air minum masing masing dengan nafas yang masih tersegal segal. Aga dan Farel memainkan basket tanpa melihat waktu sehingga langit kini sudah berubah menjadi oranye. Setelah minum air, Farel langsung mengambil tas nya dan berpamitan pada Aga "Gua balik duluan, lain kali kita bewan basket lagi gue yakinin lo bakal kalah Ga" ucap Farel dengan nada meremehkan lelaki bertubuh jangkung itu.

"Ck yaelah belom magrib dah balik aje lu, kolong wewe kagak mau ama modelan lu"

"Anying, Mak Bapak gue dah nelpon mulu dari tadi ni udeh"

"Ouuwh anak strict parent ternyata, sono dah "

Farel hanya menanggapinya dengan smirk nya. Setelah itu Farel benar benar pergi meninggalkan Aga yang masih belum berpindah posisi sambil melihat matahari yang kian berganti menjadi bulan.

kapan gua di perhatiin lagi kaya Farel gitu batin Aga

***

janlupaaa bintangnya di pencetttt!!!!!!!!!!!!!!!!!!

SATYA || on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang