Eiiiii mian miann telat up guis ini sekalian menyambut besok sekolah mueheheeh. BTW mood nulis ku lagii turunn jadii belumm nabung chapter lagiihh ayo doakan semoga akuu semangat nuliss lagihhh. Mian yah sudh membuat kalian menunggu lama.
and HAPPY READING!!!
***
Dibalik Anin yang tidak masuk sekolah hari ini karena kehujanan ada hal lain yang membuatnya semakin enggan untuk pergi ke sekolah yaitu begitu Anin melihat status Mara yang sedang pergi berlibur bersama keluarganya kemarin dan terdapat Farel pada foto itu. Anin tau sekarang dirinya sudah berbeda sekolah dengan Farel tapi entah mengapa dirinya seperti tumbuhan yang terkena badai jika sudah menyangkut Farel.
Sebenarnya bisa saja Anin bertanya pada Laut tentang sw Mara kemarin, namun dirinya tidak kuat untuk melakukan hal itu dan memilih menangis semalam penuh. Anin terlalu lemah untuk tidak sakit hati.
Sampai langit menjadi jingga pun Anin masih mengurung dirinya sendiri di kamarnya tanpa ada niatan beranjak dari kasur. Menatap langit sore dari jendela kamar. Hingga akhirnya Yolanda dan Lendra masuk ke kamar anak bungsunya itu untuk berpamitan pergi dinas "Dek, Papa sama Mama jalan ya" ucap Lendra.
"Ish jangan panggil Anin, dede lagi" ujar Anin
"Yaudah iya Anin" ucap Yolanda dengan halus sambil mengusap rambut putrinya.
"Pulang kapan?" tanya Anin
"Cuman 2 minggu kok, kan cuman keluar kota doang" ucap Yolanda
Anin hanya mengangguk, lalu langsung mencium punggung tangan keduanya. Setelah Yolanda dan Lendra pergi, keadaan rumah tidak jauh berbeda. Anin sudah terbiasa dengan Lendra dan Yolanda yang sering bepergian. Kini di rumahnya yang bisa dibilang besar itu hanya di isi oleh dirinya sendiri di karenakan para ART yang sudah pulang sedangkan Pak Yanto, satpam Anin sedang cuti karna istrinya lahiran.
Anin mematikan lampu lantai 1 rumahnya kecuali dapur dan kamar mandi, setelah itu dirinya pergi kekamar lagi. Merasa bosan Anin pun mengambil iPadnya untuk menonton drakor tanpa ada rasa curiga sedikitpun.
Hari sudah berganti namun Anin belum menyelesaikan aktivitasnya alias menonton drakor dan reality show para bias biasnya. Dikarenakan keadaan rumahnya yang sunyi Anin jadi bisa mendengar dengan jelas apapun yang bergerak ditambah pintu kamarnya yang sengaja Anin buka.
Prangg
Suara vas bunga pecah terdengar sampai kamar Anin. Anin tidak mempunyai binatang peliharaan apapun jadi tidak mungkin itu akibat ulah kucing, Anin juga ingat betul ia sudah mengunci semua pintu dan menutup jendela.
Dengan gerakan yang tenang Anin mengambil senjata api yang ia simpan di lacinya. Berjalan keluar kamarnya dengan bekal pistol glock meyer 22 dan pisau lipat di dalam saku baju tidurnya. Anin yakin betul seseorang baru saja menyusup kedalam rumahnya dan memecahkan vas bunga milik Yolanda.
Anin berani ingin melawannya sendiri karena dari kecerobohan orang itu saja sudah jelas kalau penyusup ini adalah penyusup kelas kakap yang baru saja di tumbal kan oleh tuannya. Anin melihat kekanan dan kirinya berusaha mencari si tuan ceroboh yang tadi memecahkan vas bunga ibunya.
Dor
Anin tersenyum begitu pelurunya langsung tepat sasaran mengenai kaki sang penyusup yang sepertinya kebingungan dengan rumah Anin. Bodoh sekali, kata kata itu baru saja keluar dari mulut sang penembak.
Si bungsu Pradipta itu menghampiri untuk melihat wajahnya. Namun tampaknya penyusup itu sudah ketakutan terlebih dahulu sehingga berusaha kabur saat Anin berjalan pelan dengan wajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATYA || on going
Teen Fiction"Kak" panggil Anin pada Sasa yang sedang main game di komputer milik Anin sedangkan sang empu hanya tiduran di ranjang sambil menyetel lagu di speaker bluetooth. "Hm" "Menurut Kakak Aga masuk SMA mana?" "Biasanya anak Dharmawangsa masuk SMA kakak...