maafff mengihlang begitu lama ada satu dan lain hal yang tak bisa kujelas kan gussyyyy but ilovyu yang udah nungguin yeaahh
and HAPPY READING!!!!!!!!
***
Ditengah malam ibukota, Anin yang sedang mode ambis kini tengah memandang layar komputernya di meja yang penuh dengan rentetan buku novel. Sesekali menulis materi yang ada di layar monitor. Ditemani dengan sang sahabat lewat panggilan video di laptop.
Tak jauh beda dengan Anin, Ithara pun juga sedang belajar, itung itung mengobati rasa rindu dua sejoli itu yang kini tak dapat bekerjasama lagi dalam mencari contekan. Karena jujur saja, di kelas Sera jarang memberi contekan ah lebih tepatnya Sera hanya memberikan cara cara mengerjakannya tidak dengan jawaban, sungguh menyebalkan.
Suasana tenang pun kini tejeda, lagu yang sedang Anin pasang pun ikut terjeda karena Ithara yang menyalakan mic pada panggilan itu "Anin lo liatt grup angkatan gak, IH SUMPAHH LIAT DAH BURUAN" ucap Ithara
"Ck tar aja ah males lagi fokus, hp gue juga abis batrenya bacain aja udah gue dengerin" jawab Anin sambil meminum americano-nya.
"Ituuu angkatan kita mau buat reuniiii, SERU NIHHH KE JOGJAA. Lo kan waktu itu pengen ke Jogja kan cuman belum sempet, nah udah ikut ini aja udah ayuuuu"
"Tanggal berapa? Gue takut betrok sama jadwal lomba"
"Tanggal 21 gas gaaakk?? AYUU DONG gue dah semangat banget bangett"
Anin mengambil kalender yang berada di samping komputernya untuk melihat jadwal. Begitu melihatnya Anin mengangguk "Bisa si kayaknya"
"Oke lesgowwrr"
Tok tok tok
Suara ketukan terdengar di depan pintu kamar Anin. Dengan sigap Anin membuka pintu kamarnya "Kenapa ma?" tanya Anin pada Yolanda.
"Makan malam dulu ayo"
Tumben? Batin Anin
Ada rasa lama yang lama tak pernah Anin rasakan, kini terasa kembali. Ada juga rasa bingung karena diajak makan malam bersama karena memang selepas Sasa kuliah kedua orang tua Anin itu menjadi sibuk namun di satu sisi ia juga senang karena sudah lama merindukan hal ini.
Dengan rasa exited nya Anin pun langsung pergi ke meja makan begitu mematikan panggilannya bersama Ithara di laptop. Anin duduk tepat di depan Yolanda. Rasanya seperti ada yang kurang karena tak ada Sasa. Anin cukup merindukan kakak perempuannya itu.
Makan malam berjalan seperti biasanya hanya kini sudah tak ada saling melempar gurau. Meja makan hanya di penuhi suara alat makan tanpa ada candaan. Canggung saja melakukan hal yang sudah lumayan lama tak dilakukan. Namun tetap saja Anin sedang senang karena beberapa hari ini hal hal baik sedang datang pada dirinya.
"Enak gak sayang makanannya?" tanya Yolanda dengan lembut pada Anin.
Anin mengangguk dengan senang "Enakk bangett"
"Iyalah siapa dulu yang masak, istri Papa nih"
"Hahahhahh, oiya Pa... Soal mobil makasihh yaa" ucap Anin yang belum sempat menyampaikan terimakasihnya pada sang Ayah.
Lendra tersenyum "Iyaa, kedepannya belajar yang rajin ya... Karena Papa mau nanti Greilacks kamu yang pegang dan Sasa akan pegang perusahaan"
"Anin maunya jadi editor novel tau Pa... Kerja yang biasa aja. Greilacks? Anin gak terlalu minat buat pegang, kenapa gak Kakak aja yang pegang dulu?" ucap Anin yang menghentikan kegiatan makannya.
"Anin, Kakak mu itu sedari awal memang tak berkecimpung dalam dunia Greilacks, dia gak ngerti dunia Greilacks kayak gimana. Lagipula Sasa itu pinter dia pasti bisa pegang perusahaan Papa" kini Yolanda ikut menimbrung
"Papa juga setuju. Lagi kan kamu cuman bisa pegang Greilacks, emang kamu mau ngurus perusahaan yang harus itung itungan? Udah enak juga kok di Greilacks. Menurut Papa juga itu apa yang kamu bilang tadi? Editor novel? Gaji nya juga ga seberapa" tambah Lendra dengan santai.
Dibawah meja Anin mengepalkan tangannya dengan kencang. Sungguh ini adalah yang terburuk yang berada di dalam lingkungan keluarganya. Selalu membandingkan, selalu berfikir bahwasanya akademik ialah hal utama yang harus dicapai.
"Jadi menurut kalian Anin ga pantes dapet kerja di perusahaan? Gitu maksud Mama Papa? Kakak doang yang berhak pegang perusahaan karena tangan dia lebih bersih dari Anin gitu?!" ujar Anin yang sedikit meninggikan suaranya.
"Jangan meninggikan suaramu di depan orang tua Anin!!"
Anin beranjak dari meja makan lalu pergi ke kamarnya begitu saja tanpa menghiraukan Lendra dan Yolanda. Sampai di kamar Anin langsung mengunci pintu kamarnya kemudian duduk tepat di depan pintu. Anin memeluk kedua kakinya sambil meneteskan air mata.
Palsu, Anin kira orang tuanya sudah sadar bahwa mereka telah membiarkan putri bungsu nya begitu putri sulung mereka pergi melanjutkan studi di negeri asing. Nyatanya belum, mereka memang masih ingat rumah namun Anin tak menemukan rumah yang dulu. Anin memang sudah sering dibandingkan oleh Sasa namun sampai sekarang rasanya masih sakit ketika dibandingkan tak ada rasa terbiasa. Materi mereka mungkin terpenuhi namun seolah harmonis hilang.
Anin tetaplah seorang manusia yang mempunyai keinginan. Walau greilacks telah menjadi keluarga kedua namun yang Anin mau bukan posisi tinggi di dalam organisasi itu. Sulitkah untuk mengabulkan hal tersebut? Minat Anin berada pada penerbitan sedangkan berkelahi hanyalah bonus.
Drrrttt drrtttt drrrttt
Ponsel Anin berdering menampakkan nama Aga. Tak biasanya Aga menelpon di malam hari seperti ini kalau bukan karena ada hal mendesak.
"Halo mbak?"
Bukan suara Aga yang muncul melainkan suara orang lain "Halo? ini siapa ya?"
"Anu ini mas yang punya hp ini kecelakaan namun sudah dibawa ke rumah sakit"
"Dimana rumah sakitnya?"
"Rumah Sakit Medistra"
Kemudian sambungan langsung Anin matikan sepihak. Dengan jantung yang berdetak cepat Anin keluar setelah mengambil kunci mobil dan ponselnya. Beberapa kali satpam di rumahnya bertanya ingin pergi kemana namun perempuan tersebut tak menjawab. Anin pun langsung tancap gas menuju rumah sakit.
Sampai di rumah sakit Anin berlari dengan tergesa-gesa menuju resepsionis rumah sakit tersebut "Ada pasien atas nama Agastya Syahlevi?" tanya Anin yang to the point.
"Ada kak, di IGD"
"Terimakasih"
Anin kini berjalan dengan langkah cepat ke bagian IGD yang tak jauh dari dari resepsionis. Mata Anin mencari lelaki bertubuh jangkung tersebut dengan wajah gelisah. Hingga akhirnya menemukan Aga yang sedang duduk di atas ranjang nya dengan tangan yang di gips juga beberapa luka di wajah. Anin menghampiri Aga dengan cepat dan secara reflek memeluknya "Lo gapapa Ga? Apa yang sakit? Ini kok di gips tangan lo? Patah? Yaa ampunn Agaa..." ucap Anin dengan raut wajah yang khawatir.
Aga tersenyum sambil menatap Anin dengan lamat "Satu satu tanya nya, gue jadi pusing nih" ujar aga yang menjadi gemas sendiri menatap rekan kerjanya itu.
Tiba tiba air mata jatuh dari mata Anin "Lo kenapaa Agaa hiks jangan buat gue khawatir kayak tadi hiks, gue takut lu ninggalin gue hiks" ucap Anin yang menangis sambil memegang tangan Aga.
"Hey kenapa jadi nangis? Gue gapapa Nin, you don't need to worry. Is there any problem? It's okay to cry, just let it all out"
***
Segituuu dulu ya guiss maafff gak bisa kasih bonus soalnya lagi sibuk heheheheh lovyu oll my ridersss<3
JANLUPAA VOTE sama komen juga bolehhhh
KAMU SEDANG MEMBACA
SATYA || on going
Teen Fiction"Kak" panggil Anin pada Sasa yang sedang main game di komputer milik Anin sedangkan sang empu hanya tiduran di ranjang sambil menyetel lagu di speaker bluetooth. "Hm" "Menurut Kakak Aga masuk SMA mana?" "Biasanya anak Dharmawangsa masuk SMA kakak...