Matcha lovers || 24

28 4 0
                                    

Akuu kembaliii di hariii mingguuhhh wkwkwk dengan chapter yang lumayan panjang lah ya sefertinyaaa. Mohon guiss di pencet bintang duluuu hargailah effort para penulisss wepet gaiss.

and HAPPY READING!!!

***

Pintu pun terbuka, seorang perempuan dengan baju seragam sekolah yang sama dengan baju seragam milik Wihaga di rumah. Wihaga tidak bisa mengenali wajah perempuan itu karena penglihatannya yang buruk. Perempuan itu berjalan menghampiri Wihaga "Udah sadar? Sakit ga gelinding di tangga rumah gue?" ucap perempuan itu.

Wihaga kenal betul siapa pemilik suara ini "A-anin..." lirih Wihaga.

"Gue rasa lo butuh ini, soalnya diliat liat lo bener bener ga bisa liat kalo ga pake kacamata" Anin melempar kacamata milik Wihaga pada sang pemilik.

Wihaga langsung menggunakan kacamatanya. Kini wajah cantik bungsu Pradipta itu menjadi jelas tanpa ada buram sama sekali. Wihaga masi terdiam sambil menundukan kepala, dirinya tidak kuat jika harus menatap mata Anin.

"Bang Jala" panggil Anin pada lelaki yang sedari tadi menunggu Wihaga sadar.

Seolah mempunyai chemistry yang kuat, tanpa bertanya apapun Jala langsung menghampiri Anin dan memberikan iPadnya pada Anin "Ini hasil dari yang Shaka cari" ucap Jala

Anin mengambil iPad yang memuat semua tentang Wihaga lalu membacanya dengan lantang "Wihaga Abiyya Kavian, anak Yatim Piatu, lahir di Jakarta Timur, pernah tinggal di panti asuhan Kusuma. Waw pernah tinggal di panti Kusuma, gue tau tu yang punya pantinya." ucap Anin terdengar mengolok olok Wihaga.

Anin menggeser layar iPadnya "Waa gila pantes aja anak yatim piatu kayak lo bisa masuk Adijaya, ternyata anak buah Sequoia. Siapa tuan lu? Dibayar berapa? Lo harus ganti rugi vas yang lo pecahin dirumah gue" Anin kini mengalihkan pandangannya menatap kedua mata Wihaga

"Ngapain lo minta duit ke anak yatim piatu sedangkan jelas j-"

ucapan Wihaga di sela oleh Anin "Ngapain?! Lu nanya ngapain? Ngaca lo yang ngapain ke rumah gue, kalo mau namu ya ketok ketok dulu lah" Ucap Anin yang mulai tersulut emosi.

Wihaga dibuat bungkam oleh ucapan Anin, ada alasan tertentu mengapa dirinya melakukan hal itu. Merasa jika terus mengeluarkan suara akan membuang tenaga dan Anin semakin gencar untuk mengintrogasi, lelaki berkacamata itu hanya menundukkan kepalanya.

"Ganti rugi vas dirumah gue kalo gamau di drop out"

Wihaga mengangkat kepalanya lalu menatap Anin "Lo maafin gue kah?" tanya Wihaga.

Anin tertawa mendengar pertanyaan yang di lontarkan lawan bicaranya "Maafin? Emang lo ada minta maaf? Gue lebih ke kesian sama anak ga punya ortu kayak lo. BTW lo dah bisa balik kata dokter" final Anin. Kemudian si bungsu Pradipta itu langsung meninggalkan Wihaga tanpa berpamitan yang tak lama dari itupun suster datang untuk melepaskan infus yang menancap di tangan dan tak lupa di lengkapi sedikit wajengan.

Setelah semuanya sudah rapi, Wihaga pun keluar dari kamar rumah sakit VIP itu sambil menghubungi seseorang lewat ponsel rahasia miliknya "Halo Kak"

Panggilan itupun tersambung lalu di sambut dengan suara wanita di seberang "Ketangkep lu?"

"Menurut lu apa gue baik baik aja?"

"Kok bisa lo abis ketemu Anin kagak bonyok?"

"Apalah kaki gue ni pincang"

"Buset, Gue tf dah berapa biaya rumah sakit lo"

SATYA || on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang