Kelimabelas.

145 19 1
                                    

>>>>>>>>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







>>>>>>>>




Matahari bersinar tepat di tengah-tengah bumi, rasa angin sejuk dan suara kicauan burung membuat tenangnya pagi hari semakin terasa.

Pintu kamar terbuka dengan perlahan yang menampakkan sosok pemuda dengan seragam rapi nya serta tas yang di pegang erat-erat tepat di kedua bahunya.

Dia turun ke bawah untuk menunggu moment dimana dirinya akan menikmati sarapan yang telah di buat oleh Sang Kakak, dia sudah menantikan aroma lezatnya.

Tetapi dapur tampak kosong sehingga Asahi terdiam sejenak.

"Kak Yosh!" Asahi sedikit berteriak sembari terus menyari keberadaan Yoshi, berharap kakaknya sedang berada di ruangan lainnya.

Bahkan di meja makan sangat kosong, seperti tidak ada yang masak sama sekali dari kemarin.

Berbagai ruangan Asahi cari hingga dia kini berada di kamar Yoshi yang masih tertutup rapat dengan sempurna.

Asahi menghela napasnya pelan.
"Kak Yosh...?" bahkan untuk melihat kamarnya yang kosong dan gelap itu tidak mungkin akan ada Yoshi di dalamnya.

Pemuda itu mengacak-acak rambutnya panik, ia tidak menemukan sosok kakak yang sering menampilkan senyumannya di pagi hari.

Pintu kamar terbuka, menampilkan Haruto yang sudah rapi dengan berbagai alat-alat sekolahnya—dia mengkerutkan dahinya heran sembari menghampiri kakaknya yang terlihat panik.

"Lo kek Orang Bego tau nggak? Ngapain mondar-mandir?" komentar Haruto asal.

Langkah Asahi terhenti.
"Liat Kak Yoshi nggak?"

Haruto melipatkan kedua tangannya, wajah yang awalnya kebingungan kini berubah menjadi julid seketika dengan decakan kesalnya yang terdengar nyaring.

"Lagi dan lagi...Lo nyari anak pembawa sial itu—apa spesialnya sih?!"

"Apa, siapa, kapan, mengapa, di mana, bagaimana?" Mashiho menghampiri kedua saudaranya yang masih berdiri tegap di depan kamar Yoshi.

"Tau tuh, Kak Sahi panik cuman nyari si belegug." celetuk Haruto lalu meninggalkan keduanya.

"EH—BENTAR!" Haruto tiba-tiba berteriak lalu kembali menghampiri kedua kakaknya. Dia mengeluarkan seisi amplop dengan uang yang cukup banyak.

"Nih, Uang."

Mata Asahi dan Mashiho membulat seketika, untuk melihat uang setebal itu saja sudah membuat mereka terkejut, apalagi saat tau bahwa uang itu ada di tangan Haruto.

"L-Lo...dapet dari MANA TO?!" teriak Mashiho mampu membuat Asahi dan Haruto menutup telinganya kencang.

"Entar Gue kasih tau, lagi malas cerita sekarang." Haruto pergi dengan santai lalu tak mengacuhkan Mashiho yang berteriak-teriak memanggil namanya. Haruto pergi dengan berbagai suara siulan yang ia keluarkan dari mulut.

Sorry For Everything✔️ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang