Ketigabelas.

142 20 4
                                    

>>>>>>>>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







>>>>>>>>





Senja yang di penuhi warna kekuningan yang gelap dan unik yang membuat dia kagum akan sang pencipta.

Matahari yang awalnya dipenuhi dengan cahaya cerah kini berganti menjadi langit gelap, dan hanya bulan yang telah menjadi terangnya di malam hari. Sekelompok bintang yang bertaburan bagaikan hiasan untuk melengkapi keindahan di malam itu.

Setelah pulang sekolah di sore hari, Yoshi akan kembali mengajarkan Junghwan, sekian lamanya ia beristirahat—kini dia akan kembali mencari uang untuk memenuhi kehidupan adik-adiknya.

Yoshi kembali bertemu Haruto yang tengah bekerja kelompok bersama Junghwan.

"Yosh, sebelum Lo pulang...makan dulu sama Ruto gih." Hyunsuk menaruh kedua piring berisi nasi dengan berbagai lauk-pauknya.

"Suk...ini berlebihan, nggak usah ngasih sebanyak ini," ujar Yoshi merasa tidak enak hati melihat nasi yang cukup banyak dan lauk-pauknya.

Hyunsuk terkekeh lalu menepuk bahu Yoshi.
"Makan saja, sekalian nih—Gue bawain lauk-pauknya untuk Mashiho sama Asahi di rumah." pemuda itu memberikan sekantung plastik berisi makanan yang telah di bungkus di dalamnya.

"Suk, Gue nggak enak—

"Di terima aja Kak! Lagian ini kan kemauannya Kak Hyunsuk." kali ini Junghwan yang membuka suara, dia menatap Yoshi serta Haruto secara bergantian.

"Nah! Junghwan said it was true—ini kemauannya Gue kok, jadi nggak perlu canggung begini."

Angin malam terus bertiup kencang beserta terangnya bulan yang semakin meredup karena awan tebal yang terus menutupi cahaya keindahan malam itu.

"Tadi belajar apa, Ru?" Yoshi bertanya tanpa menoleh, karena matanya yang terus fokus melihat jalanan raya.

"Nggak perlu tau." cetus Haruto sembari berdecak malas.

Keduanya terdiam, dan hanya terdengar suara hewan-hewan kecil yang terbiasa mengeluarkan suara di malam hari, atau suara kendaraan yang lewat dengan kecepatan tinggi.

"Hidup kita sama saja seperti kendaraan yang berlalu-lalang itu." sahut Yoshi secara tiba-tiba membuat Haruto melirik penasaran.

"Maksud Lo?"

"Kendaraan di pakai untuk pergi kemana tujuan kita berada, tetapi itu semua tidak akan berjalan lurus begitu saja—mungkin kita akan kehabisan bensin sehingga terpaksa harus berhenti di tengah-tengah perjalanan untuk berusaha mencari tempat pengisi bensin lagi, dan setelah terisi penuh mungkin kemdaraan itu akan sampai pada tujuannya." Yoshi menjeda kalimatnya sebentar, lalu menatap Haruto yang sedang mencerna kalimat yang telah di berikan oleh kakaknya.

Sorry For Everything✔️ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang