Duapuluhempat.

136 16 3
                                    

>>>>>>>>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







>>>>>>>>





Lagi dan lagi Asahi merasa terus merepotkan teman-temannya terutama Mashiho, terkadang Asahi selalu membenci penyakit sialan itu yang terus memasuki tubuhnya.

Asahi hanya ingin sembuh dan tidak ingin merepotkan orang sekitarnya.

Setelah merasakan sesak yang hebat, mataku langsung tertutup rapat—sama-samar masih terdengar teriakan Mashiho yang terdengar panik. Tetapi setelah itu tidak ada lagi teriakan tersebut, kesadaranku sepenuhnya hilang.

Kini Asahi hanya membutuhkan sosok kakak yang hebat untuk selalu menjadi sandarannya jika ia sedang lelah melawan penyakit itu. Sungguh, kali ini Asahi menyesali segala perbuatannya kepada Yoshi yang kini sedang bersinar sendirian dalam karirnya.

Asahi turut bahagia melihatnya, walaupun hanya melihat dari ponsel atau televisi. Itu tidak masalah, setidaknya bisa mengobati rasa rindunya kepada Yoshi.

Asahi berharap sekali Yoshi pulang dengan selamat sembari menampilkan senyum terbaiknya.

"Asa..." suara yang sangat Asahi kenal sekali, matanya terbuka perlahan memperlihatkan Mashiho dan Haruto yang sedang menatap dirinya khawatir.

Satu tangan Haruto bergerak untuk mengambil air untuk Asahi minum.

"Makasih." balas Asahi dengan suaranya yang masih terdengar serak, tubuhnya sangat lemas dan terlihat menyedihkan.

"Asa, Gue udah peringatin untuk perhatiin makanan yang Lo beli itu, ternyata isi selai itu rasa kacang—jelas-jelas Lo punya alergi itu!" jelas Mashiho dengan nada yang sedikit di tinggikan.

Asahi menatap ke arah lain, seakan tidak ingin mendengar ucapan Mashiho.

"Sa? Tolong jangan bikin Gue khawatir terus, nurut apa kata Gue tuh, ini demi kebaikan Lo juga." lanjut Mashiho.

Entah mengapa Asahi merasakan sesak di dadanya, seperti ada air mata yang ingin menerobos turun. Asahi sudah sangat bosan mendengar kata-kata peringat yang terus di lontarkan oleh saudaranya.

Asahi sangat kesal setiap kali Mashiho menatap dirinya kasihan seolah-olah dirinya akan mati besok.

"Kalau Lo cuman mau memperingatkan Gue saja mending keluar sekarang." balas Asahi tanpa menoleh ke arah Haruto maupun Mashiho, dia terlanjur malu untuk memperlihatkan air matanya yang mulai menutupi penglihatannya.

"Tapi Sa—

Balasan Mashiho terputus seketika saat Haruto menarik lengan Mashiho untuk keluar dari ruangan tersebut. Ia mengerti bahwa kakaknya ingin merenungkan segalanya sendirian.

"Eh Kak Mashi, Lo tau nggak sih? Kemarin ada semut ketabrak di depan supermarket!" samar-samar terdengar seruan Haruto untuk menghibur Mashiho yang tengah kesal dengan Asahi.

Sorry For Everything✔️ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang