Ketujuhbelas.

132 18 2
                                    

>>>>>>>>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







>>>>>>>>





Pagi yang cukup cerah dengan suasana yang sedikit mengheningkan di rumah. Tampak sepi dan tidak tercium bau lezatnya makanan lagi dari arah dapur.

Mashiho, pemuda itu terbangun lebih awal karena teringat adanya jadwal piket di pagi hari.

Ia duduk sejenak sembari menikmati sarapan paginya pada ruang tengah, yang cukup berantakan akan kertas-kertas yang berjatuhan.

Tetapi ada satu kertas yang membuat dirinya ingin sekali membuka kertas itu.

Kertasnya sedikit bercorak bunga-bunga kecil, dan jauh lebih beda dari pada kertas yang berjatuhan lainnya.

Mashiho membuka kertas tersebut.

Dia mengkerutkan dahinya saat melihat ada tulisan yang rapi dengan deretan yang cukup panjang. Sepertinya ini surat yang telah di diamkan selama beberapa hari.




Maafin Kakak...kita akan bertemu lagi di lain hari ya...?

Kak Yoshi~




Cukup singkat bagi Mashiho, ia menaikkan sudut mulutnya sembari berdecak kesal.

"Lo memang berusaha kabur saja dari kita ya...alasannya bagus sekali.." ujar Mashiho masih menatap surat tersebut dengan tatapan penuh kebencian kepada sang kakak.

Sebenarnya tidak masalah jika Yoshi meninggalkan rumah tersebut, Mashiho bahkan senang melihatnya—lebih baik dirinya tinggal bersama kedua saudaranya tanpa melihat Yoshi lagi.

"Lo ngapain Kak?" seseorang datang dengan rambut yang cukup acak-acakan serta mata yang masih berat, seakan ingin kembali lagi memejamkannya.

"Ru..ruto, hehe—nggak kenapa-napa kok..." Mashiho tersenyum canggung lalu meremat isi kertas itu dan dimasukkan kedalam saku seragamnya dengan cepat.

Haruto menyipitkan matanya.
"Kertas apaan, Kak?" tanya Haruto cengo, sedikit penasaran dengan kertas yang Mashiho baca.

"Itu...kertas...catatan untuk ujian."

"By the way...tumben banget udah rapi, biasanya jam segini masih ngeluarin air liur." ledek Haruto sedikit terkekeh teringat wajah Mashiho yang terlihat lelah di atas ranjangnya.

PLAK!

Satu pukulan bantal mendarat tepat pada kepala Haruto.

"WOY ADEK GUE!" teriak Asahi menuruni anak tangga dengan cepat.

"Laporin satpam Kak, tindakkan KAS INI TUH!" balas Haruto secara dramatis, satu tangannya menunjuk-nunjuk wajah Mashiho yang hanya cengo dan terdiam di tempat, tidak tahu harus bergerak apa lagi.

Sorry For Everything✔️ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang