Kesembilanbelas.

124 20 2
                                    

>>>>>>>>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







>>>>>>>>





Asahi menutup buku tulisnya, tidak melanjutkan tugasnya yang belum selesai. Melihat suasana rumah yang tampak sepi membuatnya merasa bingung melakukan apa lagi di rumah yang lumayan besar itu.

Di sore hari ini, Yedam dan perasaan senangnya dengan senang hati mengajak teman-temannya untuk menonton konser pertama solo artist yang sedang di bicarakan oleh publik.

Bagi Asahi, ikut menonton tidak masalah—karena musik juga salah satu kesukaanya walaupun tidak sangat sesuka itu seperti Yedam.

"Sa? Lagi ngapain?" Mashiho memecahkan keheningan di kamar Asahi, hanya terdengar suara ketukan meja yang berasal dari jemari Asahi.

"Kenapa? Masuk aja, Mashi..."

Mashiho menghampiri Asahi, ia mulai duduk di atas ranjang yang tidak terlalu jauh dari meja belajar Asahi. Keduanya saling menatap, bingung.

"Lo, ikut...nonton bareng anak-anak yang lain...kan?"

Asahi mendongakkan kepalanya, lantas ia menganggukkan kepalanya.
"Gue ikut karena Lo ikut juga."

Mashiho mendeham paham.

"Pakai jaket ya Sa, bulan ini udah mulai memasuki musim hujan—takutnya penyakit Lo kambuh lagi."

Asahi merotasikan bola matanya malas, sudah beberapa kali saudaranya itu memperingatinya sebelum acara di mulai. Bahkan dengan kata-katanya Asahi sampai hafal.

"Ya itu Gue tahu—kalau Lo kesini cuman mau ngingetin hal yang sama mending nggak usah ke kamar deh!" Asahi berkacak pinggang dengan helaan napas kasar.

Mashiho tertawa kecil melihat protes-an Asahi sedari tadi, sebenarnya ia kesini hanya untuk mengganggu ketenangan Asahi dengan cara mengingatinya terus menerus.

"Satu lagi!" Mashiho menghentikan langkahnya, dengan semangat ia membalikkan tubuhnya.

Raut wajah Asahi sudah sangat malas untuk menatap Mashiho.
"Apa...?"

"Pakai masker, di kota banyak polusi udara—nggak baik juga buat Lo."

"IYA GUE TAHU MASHIHO!" teriak Asahi, satu tangannya bergerak untuk mengambil buku paket yang cukup tebal dan lumayan berguna untuk memukul kepala saudaranya itu.

Dengan tawaan kencang, Mashiho berlari keluar dari kamar Asahi—merasa sangat puas karena sudah menjahili saudaranya.


>>>


Langit yang awalnya cerah kini mulai ditutupi oleh awan-awan yang berwarna abu. Angin tertiup kencang hingga udara terasa dingin.

Beberapa menit sebelum acara di mulai, Yedam sempat mengajak teman-temannya untuk keliling sebentar, hanya sekedar mencari para pedagang yang sedang menjual makanan saja.

Sorry For Everything✔️ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang