Duapuluhenam.

349 28 0
                                    

>>>>>>>>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







>>>>>>>>





Sedikit demi sedikit hujan mulai turun di pagi hari, yang seharusnya di sinari oleh matahari tetapi kini berganti menjadi hujan. Seharusnya hujan seperti ini enak nya memang beristirahat, tetapi mau tidak mau harus menerobosi hujan demi menuntut ilmu.

"Sa, Gue ke sekolah dulu ya bareng Ruto..." ujar Mashiho yang sudah siap.

Asahi menatap Haruto dan Mashiho secara bergantian, lalu ia mengangkat tangannya sedikit untuk meminta pelukan sebelum kedua saudaranya berangkat ke sekolah.

Haruto dan Mashiho saling menatap, mereka sama-sama bingung apa yang di lakukan Asahi secara tiba-tiba. Namun selang beberapa menit kemudian Haruto mengerti apa yang di maksud oleh Kakaknya. Asahi membutuhkan pelukan.

"Kak Sahi mau di peluk?" tanya Haruto dengan senyuman tipisnya.

Asahi mengangguk tanpa mengucapkan apapun, senyumannya tidak pernah memudar dari bibir pucatnya itu. Terlihat sekali tubuhnya masih sangat lemas walaupun kondisi nya sudah mulai membaik.

Pada akhirnya Haruto dan Mashiho masuk ke dalam pelukan itu, sudah hampir lama Mereka tidak berpelukan secara bersama-sama seperti ini. Mungkin jika di lihat dari pandangan yang lain, mereka adalah salah satu saudara yang saling membutuhkan sama lain jika mereka sedang sedih, senang, dan seterusnya.

Terkadang orang selalu memandang keluarga mereka dengan sebutan keluarga yang tidak pernah akrab, justru sekarang, Asahi sudah sangat bersyukur karena telah di berikan saudara seperti Mashiho yang selalu ada di mana pun jika dirinya sedang sedih, lelah dan bahagia. Haruto yang selalu jahil dan meledek dirinya. Walaupun begitu, ia tahu bahwa adiknya sangat menyayangi Asahi.

Terutama Kak Yoshi, kakak terhebat dan paling penyayang menurut Asahi. Jikalau waktu bisa di putar kembali mungkin Asahi ingin menghabiskan waktu bersama ke-tiga saudaranya tanpa ada orang yang berani menganggu keluarganya.

Walaupun tidak ada Mamah dan Papah, Asahi sudah ikhlas.

Haruto dan Mashiho melepaskan pelukannya, mereka saling tersenyum, menunjukkan sisi bahagia mereka. Sederhana, berkumpul dengan saudara saja sudah lebih dari cukup.

"Tunggu Ruto sama Kak Mashi di rumah ya Kak! Kita berangkat dulu."

"Iya Ruto, Mashi! Pasti Gue tungguin di rumah—jangan lupa, pulang nya langsung main ke taman Kota yaaa!"

"Siap!"

Seakan-akan hari itu adalah hari yang paling bahagia di antara mereka ber-tiga, mengingat Asahi yang sudah di perbolehkan untuk pulang membuat semangat Haruto semakin bertambah. Bahkan tiada berhentinya ia tersenyum dan bersyukur Kepada Tuhan.




Sorry For Everything✔️ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang