>>>>>>>>Asahi merasa tenang saat Pak Aksa sudah selesai berbicara panjang lebar kepada dia dan Jihoon yang sedari tadi hanya bisa terdiam dan sesekali hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Bapak tidak ingin melihat kalian berantem lagi seperti tadi, ingat, kalian sudah besar dan sudah tau mana yang baik dan benar." Pak Aksa memperingati sambil melirik ke arah lain untuk mencari keberadaan ponselnya.
Asahi dan Jihoon saling menatap sembari menunggu Pak Aksa.
"Baiklah, kalian sudah boleh keluar."
Keduanya mulai bangkit lalu sedikit membungkuk di hadapan Pak Aksa dengan mengucapkan terimakasih.
Setelah keluar dari ruangan Guru, jarak di antara Asahi dan Jihoon kembali menjauh dengan Asahi yang berdempet ke arah kiri sedangkan Jihoon sebaliknya.
Mereka saling menatap ke arah lain, seolah-olah tidak ada yang terjadi sama sekali.
"ASA!" teriakan menggelegar dengan langkah kaki cepat membuat kedua pemuda yang sedang berjaga jarak saling melihat ke arah sumber suara itu.
"Yedam..." gumam Asahi, langkahnya otomatis terhenti.
Yedam merangkul Asahi untuk pergi lebih dulu meninggalkan Jihoon yang hanya diam tidak peduli melihatnya.
"Berantem apa lagi Lo, sama si kampret?" tanya Yedam, wajahnya terlihat ingin tahu sekali masalah yang sedang dibicarakan oleh orang-orang di sekolah.
"Nanya keberadaan Kakak Gue doang, malah darah tinggi dianya."
Jihoon dari dulu memang sudah tidak suka kepada adik-adik Yoshi yang selalu bersikap sewenang-wenang terhadap Yoshi yang merupakan anak yang paling tertua di antara ketiga adiknya.
Walaupun begitu, Yoshi selalu saja menasihati Jihoon untuk tidak melakukan yang berlebihan kepada adik-adiknya.
"Mereka bukan benci Gue Hoon...Mereka kecewa aja."
Kata-kata itu bahkan sering sekali keluar jika Jihoon telah memarahi saudara Yoshi di depan umum. Mungkin saja kalau Yoshi berada di sampingnya—ia sudah habis-habisan di nasihati oleh Yoshi.
Wajah tenang dengan senyuman teduhnya membuat Jihoon semakin nyaman untuk dinasihati oleh Yoshi.
Senja kembali menyapa kota itu di sore hari tepat pada jam pulang sekolah, angin bertiup kencang sehingga udara dingin sedikit menusuk tubuh-tubuhnya dengan cepat.
"Sa...udah dong nyari Kaka Lo itu—mungkin saja dia pergi begitu saja untuk nyari kebutuhan hidup Lo sama saudara Lo yang lain!" rengek Yedam dengan ponsel yang masih terus menyala dengan tingkat kecahayaan yang lumayan rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry For Everything✔️ (Revisi)
Fiksi PenggemarTepat pada hari ulang tahunnya, semua terlihat bahagia dengan hari itu ... memang, pada hari kelahiran seharusnya bahagia-tetapi semua itu malah berbalik sangat jauh ... ❛❛Gue benci Lo kak, tepat di hari ulang tahun Lo-Mamah sama Papah meninggal.❜❜ ...