Kesepuluh.

140 18 0
                                    

>>>>>>>>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







>>>>>>>>





Pagi membawa suasana terbang ke alam bebas dengan sayap hati mengepak ke sana kemari. Udara sangat segar, sang mentari menerpa pori-pori dan sendi hidup hangat menyapa.

Embusan angin mengantarkan irama senyum dibalut suasana jiwa yang membahana, Pagi ini memberi semangat baru yang berpengaruh pada aktivitas.

Kini, kondisi Asahi mulai membaik—tetapi saran dokter jangan tinggalkan Asahi sendirian untuk sementara.

Yoshi yang akan menemani Asahi dalam satu hari penuh, Mashiho dan Haruto akan sekolah dan kembali beraktivitas seperti biasanya.

Ruangan rumah sakit terasa hening, dan hanya terdengar samar-samar dari tv yang terus menyala.

"Gue kangen Mamah sama Papah." lirih Asahi dengan raut wajah sendu dengan pikiran yang terus memutari wajah dengan senyuman kedua orang tuanya.

Yoshi mendengarnya jelas, dia semakin merasa bersalah dengan perbuatan yang dilakukannya dahulu.

"Maafin Kakak." Yoshi menatap Asahi sendu, dia bisa merasakan perasaan Asahi sekarang. Rasa rindu serta rasa trauma yang bercampur aduk.

"Ini memang salah Lo, tetapi apa gunanya kalau Gue terus menyudutkan serta membenci Lo setiap saat? Percuma." penjelasan Asahi semakin membuat Yoshi terdiam tak bergerak sama sekali.

"Takdir tidak ada yang tahu...bahkan jika nyawa Kakak bisa ditukar dengan nyawa Mamah, Papah mungkin Kakak tukarkan sekarang juga," balas Yoshi tersenyum miris.

"Tidak ada gunanya memikirkan hal itu." Asahi menatap ke arah lain, tidak ada niat untuk menatap atau melirik Yoshi yang berada di sebelahnya.

"Kalau kalian tidak menyukai kehadiran Kakak, tidak apa-apa, Kakak akan pergi sejauh mungkin jika kalian sudah siap menghadapi masa depan nanti."

Entah mengapa, Asahi merasakan rasa sesak di dadanya, dia tetap melihat ke arah lain dengan air mata yang terus menutup pandangannya.

Yoshi menggenggam kedua tangan Asahi, dia menampilkan senyuman cerahnya.
"Menangis saja...Kakak tidak menyuruh kamu untuk menahan Air matanya."

Tetesan air mata jatuh dengan cepat, kini Asahi benar-benar tak bisa menahan tangisannya. Kata-kata sang kakak sangat terbayang di pikirannya.

Wajah pucat Asahi terus dibasuhi air matanya, Yoshi menatap adiknya dengan senyuman tipis. Kedua tangannya bergerak untuk memeluk tubuh kurus Asahi dengan erat.

"Maafkan Kakak yang tidak sempurna..." batin Yoshi, satu tangannya bergerak untuk mengelus punggung Asahi.

Yoshi pernah berjanji pada adik-adiknya dahulu saat dia masih berumur lima tahun.

Sorry For Everything✔️ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang