Ring Tinju🥊

522 42 2
                                    

❤️‍🔥❤️‍🔥❤️‍🔥

.
.
.

Malam sepi di kamar kecil itu duduk seorang pria yang sedang menulis tanpa henti, hanya di temani lampu belajar yang terus menyala. Ia berusaha keras untuk mengejar waktu, berharap semuanya baik-baik saja. Namun, sepintar apapun dirinya, ia masih manusia yang bisa lelah.
First tertidur pulas di atas tumpukan kertas dan bukunya, dengan tangan yang masih memegang pena.

Sedangkan Khao, perasaan khawatir muncul di hatinya. "Seharusnya aku tidak lakukan itu!" gumamnya sembari meninju samsak tinju di hadapannya. Tubuhnya berkeringat deras hingga mengalir ke otot-ototnya.

.....

.
.

"Besok sore aku tunggu di Ring!" bisik First pada Khao yang di balas dengan senyuman yang berarti ia setuju.

Sinar matahari sebentar lagi meredup, Ring sudah ramai oleh penghuni sekolah.
Terlihat Khao yang sudah bersiap, ditemani teman dan pacarnya.

"Kau pasti menang bro!" King merasa bersemangat.

"Ini kesempatan mu untuk balas dendam sayang, kalahkan dia." Joy memberi semangat pada pacarnya.

"Dia terlihat kurus, bukan tandinganmu Khao." Sky menepuk pundak Khao memberinya semangat.

Khao hanya mengangguk, pandangannya mengarah pada First yang juga sudah bersiap.

"First, semangat!" ucap Nanon, dibalas anggukan.

First sedikit gugup, pertandingan ini akan menjadi penentuan untuk hidupnya di sekolah ini selama setahun ke depan. Mereka tidak hanya sekedar bertanding, namun harus ada harga yang mereka bayar bagi siapapun yang kalah. Bayarannya tak mudah, karena siapapun yang kalah harus menuruti semua yang dikatakan pemenang.

Kini keduanya sudah berada di atas ring, disoroti lampu yang bersinar terang, memperlihatkan semangat keduanya. Sorakan demi sorakan penonton memenuhi ruangan, keduanya saling menatap seakan ini adalah pertarungan hidup dan mati.
Wasit mereka adalah seorang guru olahraga tinju, jadi pertandingan itu aman dan adil.

Ronde pertama berjalan biasa, keduanya tampak sangat kuat. First mengingat kembali dimana Khao terus mengganggunya. Mengacaukan hatinya dan menenggelamkan semuanya dengan sikapnya yang kekanakan. First berusaha keras melawannya sampai ia merasa lelah.

Istirahat, deru nafas Khao menggebu karena First yang sangat dipenuhi energi. "Ternyata dia kuat juga." gumam Khao dari dalam hatinya sembari tersenyum kecil melihat ke arah First yang sedang meneguk air minumnya. Air itu mengalir hingga ke tubuh putihnya, membuat Khao meneguk air ludahnya.

"Sayang?" Joy menepis lamunannya, "Ada apa?" tanya Khao.

"Pukul dia dengan kuat sekali saja, dia pasti akan terjatuh tak berdaya." bisik Joy dengan lembut pada Khao.

Mendengar itu Khao tidak mengerti apa yang di maksud wanita itu.
Ia berjalan kembali ke tengah karena ronde terakhir akan dimulai.

Khao tidak merasa lelah setelah berhadapan lagi dengan First, Khao sudah terbiasa dengan olahraga ini, setiap dia sedih pasti dia akan memukul samsak berjam-jam.
Karena itu Khao sangat menyukai tinju.

First juga sangat menyukai tinju karena sanga Ayah yang sering mengajarinya, First juga pernah mengikuti extra Karate dan sudah mencapai sabuk hitam sejak SMP.
Tapi, ia tidak berlatih lagi karena First hanya ingin fokus belajar. Meningkatkan nilainya untuk mendapatkan beasiswa di universitas nanti.

Saat pertandingan berjalan, tiba-tiba First merasa pusing, matanya berkunang-kunang seakan ia sedang mabuk. Khao memegang erat tubuh First yang melemah, ini adalah kesempatannya untuk menang. Ia akan berkuasa lagi ketika menjatuhkan First, tidak ada lagi orang yang akan mengganggu popularitas nya dan keganasannya di sekolah. Semua teman-temannya pasti akan sangat memuji kehebatannya.

My Rival Is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang