Hujan🌧️

516 38 2
                                    


.
.
.

Joy mengetahui kabar bahwa kakaknya memukul Khao, ia bergegas mencari keberadaan Khao dikelasnya. Namun, ia melihat Khao yang berlari menuju atap sekolah. Ia pun mengikutinya secara diam-diam, sesampainya di atas. Ia melihat King yang juga berada disana, Joy mengurung kan niatnya dan hendak pergi. Tapi, ia penasaran dengan percakapan serius yang mereka bicarakan. Joy pun mulai menguping pembicaraan keduanya. Ia menahan kebenaran yang baru ia ketahui, ternyata Khao sama sekali tidak mencintainya. Joy telah berharap lebih pada Khao yang ia cintai selama ini. "Pantas saja dia tidak pernah menyentuhku." batin Joy menangis.
Dirinya semakin sedih melihat Khao yang mencium temannya, King adalah seorang pria yang selama ini berada di dekatnya, yang selalu mendengarkan keluh kesah nya terhadap Khao yang tidak pernah bersikap manis padanya. Dia menyembunyikan fakta bahwa Khao adalah seorang gay. Tubuh Joy bergetar, air matanya sudah membanjiri wajah manisnya. Ia pun segera berlari keluar dari sana dengan cepat.

Joy berlari hingga ke dalam gudang peralatan olahraga, disana ia menangis kencang. "Dia pantas di pukuli!" gumamnya kesal.
Di dalam gudang yang gelap, di temani lampu yang meneranginya. Seseorang tiba-tiba masuk dan mendapati Joy yang sedang bersedih.

Lina hendak mengambil Bola, ia melihat Joy yang sangat menderita.
"Aku tau rasanya sakit hati, sudah beberapa kali aku berpacaran. Cinta itu terkadang sangat cepat memudar, aku harap kau bisa menemukan yang lebih baik dari dia. Seseorang yang menghargai cinta mu Joy."
Lina menepuk pelan pundak Joy yang masih menangis.

"Maaf, aku melukai mu waktu itu."

"Tidak apa, lagian aku tau kok perasaan mu. Maafin keponakan ku juga ya, jangan nangisin dia lagi. Modelan anak nakal kayak dia itu nggak usah di harapin banget, hahaha. Kelas olahraga kita udah mau mulai. Mending kita cepat bergegas."
Lina mengulurkan tangannya pada Joy, berharap Joy tidak bersedih lagi.

"Oke." Joy pun menghapus air matanya, ia mengikuti Lina pergi.

.....

.
.

Di kantin, First bersama teman-temannya masih merasakan kesal.

"Ayo, kita mau makan apa nih?" tanya First yang ingin mencairkan suasana.

"Kayak biasa aja." jawab Leng.

"Okeh, aku ambilin untuk kalian."

Saat hendak pergi, Nanon menarik tangan First sehingga membuatnya terjatuh.
First pun terjatuh di pangkuan Nan, ia juga reflek menyelamatkannya dengan pelukan yang erat.
Posisi itu sekarang membuatnya canggung, "Maaf First" ucap Nanon.
"Ada apa?" First pun duduk di samping Nanon.

"Kenapa mereka masih saja mengganggu?"

"Si breng$*k itu berani-beraninya menyentuh Nan!" Bam yang tampak kesal.

"Iya, apa kau sudah bicara dengan Khao?" tanya Leng.

"Sudah, dia bilang tidak akan mengganggu kita lagi. Tapi, aku hanya membuat janji dengan Khao. Hal itu tidak termasuk untuk teman-temannya."

"Kalau begitu, aku juga akan bertanding dengan King si*l itu!"
rutu Bam sembari memukul meja.

"Sudah Bam, hal kecil begitu tidak usah di perbesar. Sekarang aku gak apa kok!"

"Dia selalu mencari masalah untuk kita, tapi setidaknya First sudah mengendalikan bos nya." ucap Leng merasa agak lega.

Nanon pun pergi mengambil makanan untuk First, dia sangat memperhatikan First. Bam dan Leng sekelas. Sedangkan Nanon berada di kelas yang berbeda dari mereka. Tapi ia akan berjalan cukup jauh hanya untuk menjemput First pergi bersama ke kantin dan ruang OSIS.

My Rival Is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang