Keraguan

492 32 1
                                    


.
.
.

First sangat sibuk akhir-akhir ini, karena mereka sudah di semester akhir, kelas sebelas akan segera berlalu. Menandakan waktu yang telah berjalan cepat seperti angin yang berhembus kencang menerbangkan apapun yang ia temukan hingga berakhir jauh.

Di kelas, guru memberikan tugas kelompok pada muridnya.
Setiap kelompok terdiri dari dua orang, mereka pun mengundi. First sekelompok dengan Tay, dan Khao bersama Day.

Khao menendang kursi Tay yang berada di sampingnya.
"Hei!, Kau sekelompok dengan Day saja."

"Oke." jawab Tay sembari membenarkan kacamatanya.

"Oih, tidak boleh begitu. Nanti guru marah." ujar First memperingati Khao.

"Bu guru!" panggil Khao.

"Kenapa nak?"

"Boleh saya menukar teman sekelompok?"

"Boleh saja."

"Kau dengar itu?" Khao menepuk pelan pundak First bersama senyum bahagianya.

Sepulang sekolah, Khao mengunjungi First yang masih rapat dengan anggota OSIS diruangannya.

Ia masuk kedalam dan mulai berjalan menuju kursi ketua OSIS untuk sekadar duduk.
Tapi, semua orang yang didalam melihat First dengan perasaan takut dan kesal.

"Lanjutkan saja rapat kalian."

"Mau apa kau kemari?" tanya Nanon.

"Menunggu First."

"Bukankah kau ingin mencari masalah?" cetus Bam.

"Iya, pasti kau mau mengacaukan ruang OSIS ini lagi. Apa kau masih belom menerima kekalahanmu! Dasar curang!" Leng merasa kesal.

First pun mendekati Khao, "kenapa kau tidak pulang duluan?"

"Di dalam ada AC, aku hanya ingin mendinginkan tubuhku sebelum pulang."

"Di kelas juga ada AC, kenapa harus di ruanganku?"

"Aku sekalian menunggumu First."

"Baiklah, terserah kamu saja. Yang penting kau tidak buat keributan di dalam sini. Aku sedang rapat. Kau mengerti!"

"Okeh." Khao pun menyenderkan tubuhnya di kursi dan memejamkan matanya.

"Sudah kita lanjutkan rapat, tidak usah menghiraukan dia. Anggap kalian tidak melihat apapun."

Mereka pun duduk kembali, rapat berjalan dengan baik. Semua orang mulai meninggalkan ruangan.

"First, apa kita perlu membangunkannya?" tanya Nanon.

"Tidak usah, biarkan saja dia tidur disini."

"Oke, aku dan Bam pulang dulu ya?, bye."

"Bye."

"Kau yakin tidak mau aku temani?, Aku takut nanti dia berbuat jahat kepadamu." Leng khawatir.

"Tidak apa kawan, aku bisa melawannya kalau dia macam-macam."

"Ya sudah, bye."

Hanya tinggal mereka berdua didalam ruangan itu.
Kini First merapikan beberapa kertas yang berantakan di meja nya. Karena rapat butuh waktu yang agak lama, hingga membuat Khao tertidur pulas.

Tanpa sadar First pun mulai memandang Khao, "Sangat imut." gumamnya sembari merapikan poni Khao yang menutup matanya.
First terus memandang indah seseorang yang berada di depannya itu, hingga perlahan Khao membuka matanya dan mata mereka pun saling bertemu. Ada percikan-percikan cinta yang mereka alirkan, Khao mengelus pipi First dengan perlahan. First merasakan kenyamanan hingga pipinya ikut mengelus telapak tangan lembut itu. Khao mendekatkan bibirnya pada bibir merah milik First.
Kecupan manis terus menggelora hasrat mereka, First pun membalas kecupan itu dengan lembut. Bunyi halus dari suara kecupan demi kecupan itu membara hingga ke hati mereka, cinta lah dasar dari gelora manis itu.

My Rival Is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang