Perjuangan

408 37 4
                                    

🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌟

Balkon yang menghadirkan ketenangan, terlihat Khao yang tampak murung dengan sejuta kekhawatirannya. First datang menghampiri sembari memeluknya dari belakang.

"Apa kah besok kau akan pergi?" tanya First sembari menatapnya.

"Aku tak mau pergi."

"Tapi Ayah mu sudah memutuskan, kalau alasanmu tidak mau pergi itu karena aku. Jangan!"

"Salahkan aku yang tak bisa jauh darimu First. Malam ini aku akan menemui Ayah, aku akan meyakinkannya untuk membatalkan kepergian."
Khao menggenggam lembut kedua tangan kekasihnya.

Khao pulang kerumah, ia bertemu dengan sang Ayah.

"Ayah, aku tak mau pergi."

"Aku sudah memesan tiket, kau hanya perlu berangkat besok."

"Aku sudah kelas dua semester akhir, jika aku dipindahkan. Aku mungkin tidak bisa mengikuti pelajaran mereka."

"Tapi setidaknya mereka akan mengajarimu, lebih ketat."

"Kalau aku bisa mendapatkan nilai A disemua pelajaran ku untuk ujian kenaikan nanti, apa Ayah akan berubah pikiran?"

Sang Ayah hanya diam.

"Aku anggap Ayah setuju."

"Kalau kau gagal, aku akan membawa mu pergi."

"Oke."

Mereka pun membuat kesepakatan bersama.

Khao berlari pulang hendak menemui First untuk mengabarkan kegembiraannya. Setidaknya mereka masih memiliki kesempatan bersama untuk saat ini.

.....

.
.

Karena perjanjian itu, Khao tampak lebih serius memperhatikan guru. Ia juga berusaha keras untuk belajar, First selalu menemaninya dan membantunya, rasa lelah selalu terbayarkan oleh senyum First yang memberikan semangat untuknya.

Ujian akhir semester sudah semakin dekat, melihat Khao yang serius belajar. Semua orang merasa heran dengan perubahannya, termasuk anggota OSIS lainnya.

"First?" panggil Nanon.
"Ada apa dengan Khao?"

"Nggak ada apa-apa, emang kenapa?"

"Dia nggak kesurupan kan?" ujar Bam memastikan.

"Mungkin dia kesurupan hantu rajin, hahaha." ledek Leng.

"Ada yang berbeda darinya, biasanya dia selalu tidak peduli dengan nilai. Tapi sekarang dia beberapa kali masuk ruang guru, hanya untuk bertanya tentang pelajaran yang ia pelajari di dalam kelas tadi." Nanon memegang dagunya dan berpikir keras.

"Apakah dia sudah berubah menjadi orang baik?" pikir Leng.

"Mana mungkin lah, orang seperti Khao bisa berubah. Kalau bukan First yang mengalahkannya di Ring tinju, mungkin dia akan mengacau terus." pikir Bam.

My Rival Is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang