chapter 10:apakah kita tidak boleh berpelukan?

827 27 0
                                    

Grisha pov:

Satu jam kemudian Nathan mengantar kami pulang. Saat ini kiara dan aku sedang berbaring di tempat tidurnya sambil menonton tv.

Dia berbaring miring ke kiriku dengan kepala di dadaku dan lengannya melingkari pinggangku.

Lalu tiba-tiba pintu terbuka dan Kiara serta aku saling melompat menjauh.

Kami melihat ke pintu dan melihat Arta masuk. Kami berdua menghela napas lega dan dia kemudian meringkuk kembali ke dalam diriku.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" dia bertanya dan duduk di ujung tempat tidur.

“Kami sedang menonton TV.” Jawabku dan kia mengangguk.

"Kenapa kalian berpelukan? Bukankah hanya pasangan yang melakukan itu?" dia bertanya Kiara dan aku saling berpandangan, lalu kembali menatapnya dan mengangkat bahu.

"Apakah kita tidak boleh berpelukan?" Kia bertanya dan meringkuk lebih dekat ke arahku.

"Tapi kalian bersaudara." Arta bergumam dan Kiara menghela napas. "Secara teknis tidak. Kami tidak memiliki hubungan darah sehingga kami bisa bersama dan itu akan menjadi hal yang normal." katanya dan dia tersenyum.

"Kalian berdua akan menjadi pasangan yang serasi." katanya menyebabkan dia tersenyum lebar dan aku tersipu.

"Jika kita akan bersama, kamu harus berjanji kepada kami untuk tidak memberitahu ibu dan ayah. Karena mereka tidak tahu kalau kita juga menyukai perempuan dan mungkin mereka tidak akan suka kita bersama." Kiara memberitahunya dan dia mengangguk.
“Aku akan kembali ke bawah,” kata arta dan berjalan keluar.

"Yah..ayahku tahu aku lesb*." Jawabku dan kiara menatapku. "Benarkah?" dia bertanya dan aku mengangguk.

"Dia menerimanya dengan sangat baik. Dia bilang dia mencintaiku apa pun yang terjadi dan dia selalu mendukungku." Aku memberitahunya dan dia tersenyum.

"Bagus sekali." katanya lalu meraih tanganku. "Apa kata ibumu?" tanyanya malu-malu.

"Aku tidak pernah memberitahunya." Jawabku dan dia menatapku dengan sedih. "Kenapa tidak?" tanyanya lembut.

"Yah, karena kupikir dia tidak akan menerimaku....Aku hanya tidak pernah menemukan momen yang tepat. Meski aku tahu itu akan terjadi itu bukan masalah besar baginya..dalam cara yang baik..tapi aku terlalu takut." Jawabku dan dia melepaskan tanganku dan meletakkannya di pipiku.

"Tentu saja dia akan menerimamu." katanya dan aku mendengus. "Meskipun kamu tidak berpikir begitu..dia berpikir begitu." katanya dan mencium keningku.

Lalu seseorang tiba-tiba mengetuk pintu dan kiara serta aku beringsut menjauh.

Pintu terbuka dan ayah masuk. "Hai, makan malam  sudah siap." katanya dan kami mengangguk lalu berdiri.

Kami semua berjalan ke bawah dan duduk di meja. Aku duduk di sebelah ayah dan di sebelahnya ada Clara. Di seberangku ada kiara dan di sebelahnya ada Jevan dan di sebelahnya ada arta.

“Jadi, apakah kalian semua menikmati hari di pantai?” Ayah bertanya dan kami semua mengangguk.

"Kenapa kamu tidak ikut dengan kami Jevan?" Ayah bertanya padanya dan dia memutar matanya.

“Karena aku tidak mau ikut.” Katanya kesal dan ayah mengangguk.

Um..ayah Livi bertanya apakah dia boleh menginap hari ini. Aku tahu ini hari Minggu tapi kami ingin membicarakan urusan sekolah dan dia ingin mengenal grisha lebih baik. "Kiara menjelaskan dan ayah tersenyum.

"Tentu saja dia boleh menginap selama kamu tidak begadang lama-lama." katanya dan kia tersenyum ke arahku.

"Tapi hanya jika itu tidak masalah bagimu." dia berkata kepadaku.

"Tidak apa-apa bagiku." Aku memberitahunya sambil tersenyum dan dia balas tersenyum.

" bolehkah aku menemui Nathan?" Tanya Jevan dan ayah menyetujuinya.

"Tapi tolong jangan lupa bahwa Clara dan aku akan pergi ke pertemuan setelah makan malam, jadi jangan bertengkar." Ayah berkata dan kami mengangguk. "Dan tolong jaga arta.

***

Setelah makan malam Jevan pergi, kiara dan aku naik ke atas. Dia menelepon Livi dan dia bilang dia akan tiba di sini jam 10.

“Bolehkah dia menginap?” kia bertanya dan duduk di tempat tidurnya.

Aku berjalan ke arahnya dan berjongkok di depannya dan menciumnya dengan lembut. “Tidak apa-apa..sungguh. Jangan khawatir,” kataku padanya dan meletakkan tanganku di lututnya.

"Oke." katanya lembut dan meletakkan tangan kanannya di pipiku dan membelainya dengan lembut.

“Tapi aku khawatir kamu tidak bisa tidur kalau dia ada di sini.” Kata kiara sambil menatapku sedih.

Jangan khawatir." Kataku lembut dan dia mengangguk.

Aku tersenyum padanya dan mencium pipinya sebelum berdiri dan kemudian berbaring di tempat tidur dengan bagian depan tubuhku di tempat tidur.

Kiara terkekeh dan berbaring telentang. Aku menoleh ke samping dan melihatnya.

Aku merentangkan lenganku dan meletakkan tanganku di pipinya. Aku mulai membelainya dengan lembut dan dia menutup matanya.

Lalu tiba-tiba bel pintu berbunyi dan kia serta aku berdiri dan berjalan ke bawah.

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang