chapter 12: sepertinya sekolah akan sulit bagi kita

676 16 0
                                    

Grisha pov:

Ketika aku bangun keesokan paginya aku merasakan sesuatu bergerak ke arahku. Aku membuka mataku dan tidak melihat yang lain selain Kiara.

Aku tersenyum sendiri sambil mencium kepalanya sementara tanganku masih memeluknya. Wajahnya terkubur di leherku dan aku bisa merasakan napasnya di kulitku.

Aku dengan hati-hati mengambil ponselku dan melihat jam. Sekarang jam 06.30 pagi dan sekolah dimulai jam 08.00pagi.

Aku merasakan kia bergeser dan dia kemudian membenamkan dirinya lebih dalam ke leherku.

"Selamat pagi." Aku berbisik dan meletakkan ponselku.

"Moring." gumamnya di leherku.

"Bagaimana aku bisa sampai di sini?" dia bertanya bingung dan aku terkekeh.

“Sepertinya kamu baru saja merindukanku.” Godaku.

"Ya." jawabnya lalu duduk di atas perutku.

"Kenapa kalian berdua harus genit sepagi ini" erang Livi

“Karena kita bisa.” kia hanya menjawab dan aku duduk menyebabkan dia terjatuh di pangkuanku.

***

Kami semua mandi, sarapan, dan bersiap ke sekolah.

Ayah mengantar kami ke sekolah dan sekarang kami berada di depan gedung sekolah.

“Siap untuk hari pertamamu?” Kiara bertanya dan aku mengangguk.

Kami berjalan melewati lorong dan secara harfiah setiap mata tertuju pada kami. Atau setidaknya pada kia.

Aku berjalan sedikit lebih dekat dengannya dan berbisik. "Oke, aku tidak tahu kalau kamu begitu populer." Kataku dan dia terkekeh.

"Yah, sudah kubilang padamu," kata Livi dan berjalan ke sisiku yang lain.

Kami tertawa dan tiba-tiba ada seorang pria berdiri di depan kami. "Hai sayang." sapanya pada kiara dengan nada genit.

"Apa yang kamu inginkan, Brian?" dia bertanya kesal dan menyilangkan tangannya.

"Masih penuh semangat?" dia bertanya sambil menyeringai. "Apakah kamu berubah pikiran untuk berkencan denganku?" lanjutnya dan dia memutar matanya.

"Tidak, aku tidak melakukannya. Aku tidak akan pernah berkencan denganmu." jawabnya karena pria ini benar-benar membuatku kesal.

“Mengapa kamu tidak meninggalkannya sendirian saja?” tanyaku dengan marah.

"Dan siapa kamu?" tanyanya sambil menoleh ke arahku.

“Seseorang yang menyuruhmu untuk berhenti menggangu nya .” Aku memberitahunya dan mengambil langkah ke arahnya.

Aku kemudian merasakan sebuah tangan lembut di lenganku dan ketika aku menoleh, aku melihat kiara dan Kiara menyeretku pergi.

Sambil berjalan aku menoleh dan memelototinya. "Biarkan saja sayang.." kia berbisik dan membelai pipiku dengan tangannya sejenak.

“Dia brengsek.” Aku bergumam dan dia mengangguk.

"Aku tahu..tapi abaikan saja dia." katanya dan aku mengejek.

"Bagaimana aku bisa mengabaikannya saat dia menggoda pacarku?" Aku bertanya dan dia tersenyum padaku.

"Apa?" kami berhenti dan aku memandangnya bingung. "Jadi kita pacar sekarang?" dia bertanya sambil menyeringai dan aku tersipu.

"Aku..um..diam.." Aku bergumam dan mendorongnya sambil bercanda.

"Yah, apakah kamu mau menjadi pacarku?" Tanya kiara malu-malu dan aku tersenyum padanya.

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang