Grisha pov:
Anggap saja ciuman kecil kita menjadi sedikit di luar kendali..
Kiara sedang berbaring telentang di tempat tidurku dan aku duduk tengkurap sambil menciumnya.
Aku meraih bagian bawah kemejanya dan menariknya melewati kepalanya.
Aku mencium rahangnya lalu mencium dan menghisap lehernya sehingga pasti akan ada beberapa cupang.
Kiara hendak mengambil bajuku ketika tiba-tiba pintu terbuka.
“Hei gadis gadis, kalian ga mau keruang tamu?” Tanya Jevan sambil berjalan masuk.
"Ya Tuhan!" teriaknya dan aku melompat dari Kiara dan dia segera duduk dan mengenakan kembali bajunya.
"Serius .." kata Jevan dan tertawa.
"Aku memergokimu melakukan hal yang sama beberapa minggu yang lalu, jadi diamlah." Kataku dan dia tersipu.
Aku kembali menatap kia dan pipinya memerah dan dia menghindari kontak mata denganku dan Jevan.
Aku meraih tangan kia menyebabkan dia menatapku. "Sayang, bisakah kamu ke ruang tamu? Aku harus bicara dengan Jevan.
dan dia mengangguk.Dia memberiku ciuman di pipi sebelum berjalan keluar.
"Jadi..apa yang ingin kamu bicarakan?" dia bertanya dan aku duduk di tempat tidurku.
"Sampai kapan kamu akan merahasiakan hubungan mu dengan Nathan? Kataku dan dia duduk di sebelahku.
"Kamu tidak harus beritahu di depan semua orang, tapi menurutku, cukup di depan keluargamu itu sangat bagus. Kamu bisa berciuman, menggenggam tangan Nathan atau berpelukan dengannya saat kita di rumah. Aku tahu bodoh bagiku mengatakan itu karena sebagian besar keluargaku tidak tahu aku suka perempuan tapi keluargamu tahu dan maksudku..mereka keluargaku juga. Dan kamu bisa melihat bahwa mereka tidak punya masalah dengan itu jadi kamu tidak perlu khawatir tidak diterima di keluargamu. Jika temanmu tidak mendukungmu maka mereka bukan temanmu. Tapi..asal tahu saja..Aku akan selalu menerimamu." kataku dia dan dia tersenyum padaku.
"Terima kasih grisha. Aku akan memikirkannya." ucapnya lalu dengan terkejut memelukku. "Dan terima kasih sudah mendukungku." tambahnya dan aku tersenyum.
"Selalu saudara." Kataku dan dia terkekeh. "Aku suka itu." Jawabnya lalu menarik diri.
“Mungkin sebaiknya kita kembali ke ruang tamu.” Kataku dan dia mengangguk.
“Apakah ada yang merindukan gadisnya?” godanya dan aku cemberut. “Ya!” kataku dan segera berjalan keluar.
Kami berjalan kembali ke ruang tamu dan aku melihat kiara duduk di sofa bersama nira. Mereka berbicara dan tertawa satu sama lain. Aku tidak bisa menahan senyum melihat pemandangan itu dan berjalan ke arah mereka dan berbaring di sebelah kia.
"Hai kalian berdua. Sedang apa?" Tanyaku dan nira tersenyum lebar ke arahku.
Kiara meletakkan tangannya di pahaku dan menepuknya sambil berkata, "Kami membicarakan tentangmu." katanya dan memberiku senyuman menawan.
“Tentang apa?” tanyaku dan dia tersenyum padaku.
"Yah..betapa lucunya penampilanmu dalam situasi yang berbeda." katanya dan aku memiringkan kepalaku dan mengerutkan kening.
"Sama seperti sekarang." katanya sambil terkikik dan mencubit hidungku.
“Kalian berdua konyol,” kata nira sambil terkekeh dan kami hanya mengangkat bahu.
Kia kemudian berbaring juga dan meletakkan tangannya di perutku. Nira kemudian berbaring di antara kami dan kia mengangkat lengannya dan meletakkannya di atas perut nira dan kemudian di perutku. Aku meraih tangannya dan mulai memainkan jari-jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah?
RandomGrisha lavi rahandika berusia 17 tahun dia pindah ke rumah ayahnya dan keluarga barunya karena dia punya banyak masalah di rumah. Ayahnya meninggalkan ibunya, dia dan kedua saudara perempuannya ketika mereka masih bayi. Ayahnya sekarang memiliki seo...