Hari keempat
Tiga hari kita bertemu
Apakah datang ke tempat ini menjadi kegemaranku sekarang?
Entahlah aku juga tidak tau
Tapi melihatmu saja sudah cukup
****
Siluetmu kembali nampak. Meski aku duduk ditempat yang berbeda. Aku terlambat datang. Dan kursi yang biasa aku tempati untuk menatapmu sudah ada yang menempati. Sehingga aku hanya bisa melihat pantulan dirimu dari jendela di dekatku. Bukankah itu sudah cukup untukku yang sepertinya― kini menjadi pengagum rahasiamu?
Ketika aku kembali memesan kopi dan bingung dengan pilihanku― karena ini sudah akan menjadi gelasku yang ketiga— kamu datang dengan senyum manismu dan menawarkan secangkir cappucino hangat sebagai pilihan. Awalnya aku terkejut karena suaramu yang menyapa tiba-tiba ada di belakangku. Namun― aku bahagia bisa mendengar suaramu dengan begitu jelas di telingaku.
Cappucino pilihanmu― tentu saja aku tidak menolak. Aku tersenyum dan menunduk malu setelah menoleh dan menatapmu dengan lebih dekat.
Terima kasih yang aku ucapkan pun― kamu membalasnya dengan anggukan kepala dan senyum manismu.
KAMU SEDANG MEMBACA
May I?
PoetryAku dan secangkir kopi yang menemaniku. Kamu dan pesona cerobohmu yang memikatku. Aku dan kamu yang ditakdirkan bertemu.