Epilog

11 6 0
                                    

Hari berikutnya dari hari-hari berikutnya yang berikutnya

Yaa— aku datang lagi

Sekedar menikmati secangkir kopi panas yang masih aku suka

Bedanya kini aku memilih kopi yang lebih pahit

Dan menikmatinya sendiri bersama hujan yang mulai turun

Bukankah waktu dan tempat yang pas untuk mengingatmu

****

Kamu memanggil namaku lembut. Membuatku menoleh dan tidak bisa lagi menghindar.

Aku tersenyum seakan aku baik-baik saja. Aku balas menyapa seakan kita kenalan yang sudah tidak bertemu dalam waktu yang lama. Meski nyatanya aku masih sering melihatmu di tempat ini, yang membuatku membalikkan langkahku, tidak jadi masuk ke tempat ini. Atau malah aku yang segera pergi saat aku melihatmu memasuki tempat ini.

Namun saat ini, sedekat ini denganmu lagi, membuatku tetap berdebar. Membuatku menyadari bahwa rasaku ternyata begitu dalam. Membuatku sadar bahwa sesingkat apapun aku mengenalmu, kamu sudah menempati ruang di hatiku.

Kamu meminta ijin duduk di sampingku, di depan jendela besar yang mengarah ke jalan di depan tempat ini. Sudut favoritku saat ini. 

Aku hanya mengangguk memberi ijin. 

Kamu tersenyum dan duduk dengan canggung. Beberapa saat kita hanya saling terdiam. Hingga kamu merogoh tas kerjamu dan meletakkan amplop merah bertuliskan undangan pernikahan atas namamu dan nama calon istrimu. 

Aku menoleh menatapmu penuh luka. Haruskah kamu memberikan ini padaku? Haruskah kamu melukaiku sedalam ini? Apakah kamu sungguh-sungguh tidak menyadari perasaanku padamu?

Namun aku berusaha menyembunyikan semuanya. Aku menerima undangan pernikahanmu dengan senyum dan ucapan selamat yang menggores luka dalam di sudut hatiku.

"Bolehkah aku berharap kamu akan datang ke pernikahanku?" Tanyamu ragu dengan tatap harap dan senyum canggung.

Aku menahan diri untuk tidak berteriak dan menggeleng.

Aku hanya mampu tersenyum dan mengangguk. Membuatmu tersenyum dengan tawa lega dan tatap penyesalan yang tidak bisa lagi aku artikan.

May I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang