Hari keempat belas
Luka ditanganku sudah tak membekas
Sudah tak terasa lagi perihnya
Dan kini aku tak bisa lagi semeja denganmu meski untuk berbincang sesaat
Entahlah- mungkin kamu yang sedang terlalu sibuk
****
Dan hari ini kamu membuatku semakin meragu. Kamu hanya sekedar menyapa dan tidak lagi duduk didepanku untuk sekedar bercerita singkat. Entah kenapa senyum dan tatapmu hari ini terasa kembali asing.
Aku menenangkan diriku yang mulai gelisah. Mungkin kamu sedang sibuk— atau mungkin banyak pikiran sehingga ingin sendirian. Atau mungkin— aku memang melakukan kesalahan sehingga kamu menjaga jarak dariku?
Entahlah. Aku ingin bertanya. Namun ada ego dan luka lama yang membuatku berhenti melangkah mendekat. Bahkan saat hati berteriak untuk sekedar pamit pergi dari tempat ini lebih dulu.
Aku menyuruh hati untuk membatasi diri agar tidak memaksa perasaan ini tumbuh dan berkembang. Meski aku sadari bahwa rasa ini sudah begitu besar karena dalam beberapa hari saja— aku sudah merasakan rindu yang harusnya bisa aku cegah.
Bukankan rindu bisa mengartikan bahwa dia sudah memiliki tempat tersendiri di hati dan pikiranku?
KAMU SEDANG MEMBACA
May I?
PoetryAku dan secangkir kopi yang menemaniku. Kamu dan pesona cerobohmu yang memikatku. Aku dan kamu yang ditakdirkan bertemu.