Hari kedua puluh delapan
Kamu membuatku menyukai tempat ini
Secangkir kopi panas yang tak begitu aku sukai dulu
Suasana ramai yang aku hindari namun kini mampu menenangkanku
Mungkin bersamamu tidak akan menjadi nyata
Tapi tempat ini masih menyimpan ceritaku dan juga cinta satu sisiku
****
Aku tetap kembali ke tempat ini. Bukan lagi dengan harapan bertemu denganmu. Tapi sebagai kebiasaan yang menemaniku sebelum aku pulang. Dengan harapan aku semakin lelah dan yang tersisa diujung hariku adalah pulang lalu membersihkan diri sebelum merebahkan diri diranjang dan terlelap.
Aku selalu datang diujung jam tutup. Hanya untuk menikmati secangkir kopi hitam pekat. Menikmati candunya aroma dan rasa pahitnya, ditemani suasana malam yang tampak di jendela besar yang kini menjadi spot favoritku.
Hanya terdiam melihat lalu lintas jalanan, gelapnya langit malam, riuhnya suasana malam di luar.
Terkadang hanya mengamati ramainya suasana tempat ini. Mendengar suara perbincangan yang diselingi tawa oleh pengunjung lain.
Meski aku menyadari kehadiranmu yang saat ini tak lagi berusaha mendekat ataupun sekedar menyapaku, aku membiarkan rasa sakit ini menjadi pengingat untuk diriku sendiri. Menegurku jika kakiku ingin melangkah menyapamu. Menghentikanku untuk menoleh dan tersenyum padamu yang masih sering menatapku diam-diam.
Aku berusaha bersikap acuh seakan kita kembali orang asing yang tidak saling mengenal. Sepertinya- itu juga yang kamu inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
May I?
PoetryAku dan secangkir kopi yang menemaniku. Kamu dan pesona cerobohmu yang memikatku. Aku dan kamu yang ditakdirkan bertemu.