Hari ketujuh
Hampir saja aku tidak bisa bertemu denganmu
Aku sudah menunggu beberapa saat namun kamu tak kunjung datang
Aku gelisah dan ingin mengakhiri hari ini begitu saja
Namun pintu terbuka dan kamu masuk dengan senyum manismu itu
****
Aku mengetuk meja dengan kuku jemari tanganku. Kakiku pun mengetuk lantai beberapa kali. Aku gelisah dan cemas. Rasanya waktu berjalan terlalu cepat meski terasa lambat― tanpa kehadiranmu di waktu yang sama seperti biasanya. Aku pikir, keberuntunganku dapat melihatmu sudah habis. Dan di hari ketujuh ini― mungkin aku tidak bisa bertemu lagi denganmu.
Nyatanya― semesta masih berbaik hati padaku. di detik terakhirku akan meninggalkan tempat ini, senyum manis mu terlihat. Menghiasi wajahmu yang tampak lelah dengan bulir keringat yang menetes di dahimu. Tampan. Kamu masih tampak tampan seperti biasanya. Meski pakaian dan wajahmu menunjukkan bahwa kamu yang lelah― masih terburu mendatangi cafe ini meski untuk sesaat.
Mungkin kopi disini juga menjadi favoritmu. Sama sepertiku― yang kini memfavoritkan dirimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
May I?
PoetryAku dan secangkir kopi yang menemaniku. Kamu dan pesona cerobohmu yang memikatku. Aku dan kamu yang ditakdirkan bertemu.