Chapter : 8

1.2K 71 27
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
.
.
.

Diperjalan menuju pulang, Aqila masih tetap memegang Al-Qur'an kecilnya yang kemana-mana selalu ia bawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diperjalan menuju pulang, Aqila masih tetap memegang Al-Qur'an kecilnya yang kemana-mana selalu ia bawa. Didepannya sudah ada sopir dan disampingnya sudah ada Akmal yang masih menatap kearah luar jendela, mereka saat ini pulang menaiki taksi begitu juga dengan pergi tadi, dikarenakan belum adanya kendaraan yang mereka miliki.

'shadaqallahul adzim'

Aqila memalingkan wajahnya kekanan, melihat Akmal yang termenung, masih menatap kearah jendela

"Kenapa ngelamun Bang?"

Pertanyaan dari Aqila mampu membuyarkan pikiran Akmal, ia memalingkan wajahnya melihat adiknya yang berada disampingnya

"Abang gak ngelamun. Waktu kamu nyebut caffe momment, Abang jadi gak asing sama nama caffenya"

"Maksudnya?" Tanya Aqila heran

"Kamu tau siapa yang beli novel kamu tadi?"

Aqila dengan cepat menggelangkan kepalanya pelan

"Dia itu ustadz Ali, Ustadz muda yang mengajar dipesantren Al-Kahfi. Kyai Adnan sendiri yang memperkenalkannya ke Abang, mungkin kamu gak tau dek. Dia juga dicap sebagai ustadz paling cuek dipondok pesantren Al-Kahfi, irit ngomong. Kalau gak salah dia itu lulusan universitas Islam Sunan Gunung Djati Bandung. Dan Caffe Momment itu juga dia yang membangunnya. Dan Abang juga mikir dia adalah tipemu dek" ucap Akmal yang sedikit cengengesan

"Sesempurnanya laki-laki itu, tetaplah lauhul Mahfudz kita yang memenangkannya bang. Dan Abang jangan pernah lupa bahwa Lauhul Mahfudz itu gak selalu berbentuk jodoh bisa jadi Lauhul Mahfudz itu adalah kematian itu sendiri" jelas Aqila

"Siap!" Hormat Akmal

🌸🌸🌸

Shalat Jum'at telah usai. Seorang pria keluar dengan setelan jubah serta surban dilehernya dan dia tidak keluar sendiri, ia ditemani oleh seorang pria yang tidak dikenali identitasnya

"Kamu mau gak jadi menantu saya?"

Pertanyaan pria itu membuat Ali mematung ditempatnya.

Tepat saja pertanyaan dilemparkan oleh seorang ustadz lama dari mesjid Al ikhlas dan itu tidak jauh dari tempat Ali tinggal. Hari ini Ali sendirilah yang membawa khutbah Shalat Jum'at bukan hanya untuk sekali tapi lebih dari sekali walaupun itu tidak setiap minggunya. Tidak heran jika banyak Pria paruh baya yang menawarkannya untuk menjadi menantu mereka dan meminang putri mereka, ini juga lebih dari satu kali.

Ali memalingkan wajahnya melihat kearah Ustadz Zainal yang berdiri tepat disamping kirinya. Ali mengukir senyum tipisnya itu

"Afwan pak, saya gak bisa menerima permintaan bapak"

MY DREAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang