12 - Amerta

510 77 14
                                    

"Jadilah saudara ku, Fan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadilah saudara ku, Fan."

"...."

"Hahh!"

Netra egyptian yang menatap tajam pemuda di hadapan nya, menunjukan raut keterkejutan disana.

Blaze menyengir menggaruk tengkuk nya.

"Aku bercanda doang kamu kaget nya sampai segitu nya." Ujar Blaze menepuk nepuk pundak Taufan dengan wajah jahil nya.

Taufan mematung, bagaimana ia tak terkejut saat Blaze berkata seperti itu mengajak nya menjadi saudara? Bahkan wajah nya saja saat itu sangat serius lalu berubah jadi wajah jahil dan berkata bahwa itu hanya bercanda?

Taufan mendengus kesal, "Bagaimana bisa jadi saudara jika aku saja tidak memiliki hubungan pada keluarga kalian." Taufan berujar memperbaiki posisi tubuh nya yang hampir terjungkal tadi jika ia tidak memegang pada kursi Blaze.

"Aku tau, mana mungkin aku serius mengajak mu jadi keluarga ku. Kau saja bangsawan sedangkan aku hanya rakyat biasa, tentu jelas perbedaan nya bukan!" Blaze menyengir lebar.

Taufan kembali terdiam setelah mencerna kata kata dari Blaze.

"Kita berbeda?" Taufan bergumam pelan, Blaze menaikan salah satu alis nya.

"Tentu saja, dari status sosial saja memang berbeda jauh jadi mana mungkin kita memiliki ikatan keluarga kan?" Blaze menjelaskan, masih pada rasa heran nya.

Wajah Taufan menyendu, entah mengapa ia merasa sakit hati saat Blaze berkata bahwa mereka tak memiliki hubungan kekeluargaan.

"Apa yang Blaze katakan itu benar, tapi kenapa aku malah sedih kaya gini. Sebenarnya aku kenapa?"

"Aku saja baru pertama kali bertemu dengan mereka,"

"Iya kan?"

"Fann!"

"Eh"

Taufan tersadar dan kini di hadapan nya terdapat Blaze dengan wajah yang terlihat cemas.

"Kau melamun?" Blaze bertanya masih pada kecemasan nya. Taufan tersenyum kecil lantas menggeleng pelan.

"Maaf, mungkin aku sedang banyak pikiran akhir akhir ini." Ucap Taufan tertawa pelan.

"Kata Kak Gempa tidak boleh banyak pikiran, ga baik." Blaze berkata dan diangguki paham oleh Taufan.

Tak lama guru pun memasuki kelas dengan pemuda yang tak dikenal mengikuti di belakang nya.

"Anak anak, mohon perhatian nya!" Guru itu memberikan instruksi agar semua pandangan tertuju pada nya. Seketika kelas pun ricuh dengan bisikan bisikan murid di kelas tersebut terutama pihak siswi yang kini merasa tertarik dengan seorang pemuda baru yang memasuki kelas mereka.

"Kita kedatangan teman baru,"

Blaze yang kini melihat ke arah depan pun sontak terkejut. "Eh buset, bukan kah dia-"

Hiraeth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang